[CHAPTER 4] Si Pria Beruntung

441 418 193
                                    

“Dialah. Pria beruntung yang berhasil menghancurkan dinding tak kasat mata sang gadis.”

*****

    "Welcome to Nusa Senior High School, My Queen. How are you today?" sambut suara seorang pemuda menyapa ramah.

    "I'm not your Queen, Mr. Dewantara. And i'm fine, thanks," balas Ayana. Belum juga mengawali pembelajaran harinya sudah kacau dibuat Andri.

    "You're right. But, lo mungkin berubah pikiran nanti, ya nggak?"

    "Obviously ... not," tekan Ayana tegas.

    "Oke, gue ngalah," kata Andri mengangkat kedua tangan ke atas layaknya pencuri yang tertangkap basah. "Lo bawa sepeda?" tanyanya basa-basi.

    "Nggak! Gue bawa becak!" selak Ayana galak.

    Andri tertawa kecil. "Sejak kapan becak berubah bentuk jadi kayak gini, ya?"

    Ayana tak menggubris omongan Andri yang menurutnya tidak bermutu sama sekali. Hanya membuang tenaga. Mungkin membuat Ayana kesal adalah tujuan Andri bersekolah di sini. Lihat saja, di pagi hari begini, Andri justru asyik menggoda Ayana. Di parkiran pula. Tentunya banyak orang yang melihat kedekatan mereka.

    "Yah, gue gak bisa nganter lo pulang lagi, deh."

    "Tentu saja. Karena lo bukan tukang ojek. Dan gue gak mau sampai orang lain mikir yang macam-macam tentang gue sama lo. Apalagi kalau ada—"

    "Ayana, Pangeran pasti melindungi Ratu dari para penjahat penyebar gosip di SMA Nusa," ujar Andri panjang lebar. Dia bersiap siaga bagai pengawal orang terpenting di dunia. Berlebihan memang.

    Ayana mendengus. Melenglang pergi, mengabaikan keberadaan Andri. Sementara Andri segera bergerak, mengiringi langkah Ayana.

    "Ayana?" Andri berdeham kecil. "Hari Minggu lo ada janji, nggak?"

    Ayana menoleh sesaat. "Kenapa emangnya?"

    "Kalau nggak ada, lo mau gak—"

    "Eh, Andri apa kabar lo?" Sapaan tersebut diikuti tepukan di bahu Andri. Alhasil ucapan Andri terputus.

    "Baik. Ada apa?" Andri berusaha menjawab seramah mungkin. Di dalam hati, mengutuk kedatangan temannya.

    "Cuma nyapa aja. Kangen nih gue," ucapnya cengengesan.

    "Ingat target lo," tukas Andri.

    "Eh, iya ya. Gue forget," kekehnya menepuk pelan dahinya. "Btw, makasih udah diingetin."

    Ayana terdiam. Matanya pun enggan memperhatikan interaksi yang terjadi antara mereka berdua.

    "Pacar?" tembak lelaki tanpa name tag itu.

    Kepala Ayana menengok secepat kilat. Matanya spontan membulat. "Bukan!" serunya lantang.

    "Masih proses. Doain aja yang terbaik buat kita." Andri tersenyum miring di akhir kalimatnya. Juga tak lupa menekankan kata “kita”.

    "Oh iya, Dri, gue hampir lupa. Si Suhu tadi titip pesan buat lo. Katanya jangan lupa sekarang lo datang ke ruang OSIS," paparnya melapor bak anak buah kepada bapak buah, pemimpin, maksudnya.

    Andri bertanya memastikan, "Sekarang?" Mendapat anggukkan kepala sang teman, matanya memicing curiga. "Lo gak lagi ngerjain gue, kan?"

    "Sumpah, Dri! Lo pikir gue berani macam-macam sama lo? Ya, enggaklah. Gue masih waras, kali," aku si lelaki mengingat satu fakta bahwa Andri hebat dalam urusan bela diri.

FLASHBACK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang