“Ira, Si Matahari Ceroboh dan Ayana, Si Ratu Ceroboh. Mereka adalah orang yang sama. Yang membedakan hanyalah waktu.”
*****
"Cowok gitar," lirihnya melirik Tiara yang duduk sendirian dengan wajah tertekuk bosan. Hari ini Ayana absen. Ya, tepat sehari setelah acara kencan mereka–bagi Andri, tidak bagi Ayana, yang sekadar menepati janji–berakhir dengan Andri yang berdiam diri ketika Adam mengambil alih posisinya kemarin. Mengantar Ayana pulang.
Mengingat kebodohannya tersebut, Andri mendesah kasar. Tidak lelah memaki dirinya sendiri. Bagas yang tengah mengerjakan sesuatu di bukunya–tipe-tipe Ketua panutan–merasa terganggu oleh tingkah Andri. Kepalanya menoleh kemudian bertanya, "Kenapa lo?"
Andri tak menggubris pertanyaan Bagas. Masih memusatkan atensinya di bangku kosong di samping Tiara, tempat duduk Ayana.
Bagas mengikuti arah pandang si Mantan Ketua, yang dulunya menduduki jabatan yang kini dia tempati.
"Gas, lo tahu—"
"Gue nggak tahu," potong Bagas malas memperpanjang.
Andri melirik Bagas sesaat. "Bukan itu yang mau gue tanyain," balasnya tahu isi kepala Bagas.
"Terus apaan?" Merotasikan kepala, Bagas turut melihat ke sana. Seorang laki-laki tengah memandang ke luar jendela, entah apa yang dilihatnya. "Si Raja Es?"
Andri beralih menatap seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman barunya. Dia mendengus.
"Si Anak Baru?"
"Lo tahu apa hubungan mereka?" Andri bertanya meminta pendapat.
"Si Raja Es sama si Anak Baru, maksud lo?"
"Dan si Ratu Ceroboh," tambah Andri.
Bagas terdiam berpikir sejenak. Pertama kepindahan si Raja Es ke kelas mereka. Kenapa juga dia harus pindah saat di kelas terdahulunya, dia selalu mendapat posisi pertama? Lalu kedua, kedatangan si Anak Baru yang di duga menjadi dalang di balik teror yang di alami Ayana.
Jika di pikir-pikir, ini semua terlalu aneh kalau dikatakan kebetulan. Dan soal si Ratu Ceroboh …. Tunggu! "Kenapa lo tanya ke gue?" Bagas baru sadar. "Mau apapun hubungan mereka, itu nggak ada hubungannya sama gue."
"Gas, please bantu gue," pinta Andri. "Emang lo mau kasus itu terus kejadian? Nasib lo sebagai Ketua kelas secara gak langsung dipertaruhkan di sini," kata Andri menghasut.
Bagas bergeming. Benar juga apa yang dikatakan Andri. Jika insiden peneroran Ayana di ketahui warga sekolah, bisa berpengaruh pada jabatannya. Dia menoleh. "Tiara."
"Tiara?" ulang Andri belum mengerti sepenuhnya.
"Lo bisa tanya soal Ayana ke dia."
"Tapi, Gas, Ayana—"
"Seenggaknya dia pasti cerita, meskipun gak semuanya," sela Bagas.
Andri manggut-manggut. Benar juga. Tidak sia-sia, dia tahan berteman dengan Bagas. Ada untungnya juga ternyata. "Kalau si Raja Es Lilin?"
Bagas memutar bola mata. Waktu belajarnya habis hanya karena menjawab pertanyaan tak berbobot Andri. "Teman SMP lo yang suka gangguin Tiara."
Lagi. Andri manggut-manggut paham. "Dia?" tunjuk Andri kepada siswi pindahan luar negeri itu. Malas menyebut namanya.
"Lo mau tanya ke mereka?" takjub Bagas. "Gue saranin sih, nggak usah. Kecuali, kalau lo nekat."
Pasalnya, perkumpulan Para Penyebar Berita SMA Nusa, jarang membagikan informasi yang tak berkaitan dengan hot news di sekolah. Jika pun iya, kalian harus menyanggupi kesepakatan yang mereka tawarkan terlabih dahulu. Dan asal kalian tahu, mereka tak memandang bulu. Mau adik kelas atau kakak kelas itu tidak masalah. Karena mereka lah yang datang sendiri, tanpa diperintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...