"Terkadang takdir memisahkan mereka tanpa permisi. Dan suatu hari takdir mempertemukan mereka kembali.”
*****
Suasana kelas tengah sunyi senyap. Sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang mengerjakan tugas dari Guru yang absen, bergosip ria dengan handphone di genggaman, juga bermain-main.
"Ayana," sebut Andri.
Si gadis mengangkat kepala. "Iya, Dri?"
Andri menyodorkan sebuah buku ke hadapan Ayana. "Bisa bantu gue—"
"Lama-lama gue jantungan sekolah di sini."
Andri menautkan alis. "Dia kenapa?" bisiknya.
Ayana berpusing ke Tiara yang matanya tak lepas dari sosok pemuda di bangku paling belakang. "Biasa, udahlah nggak usah didengerin. Gue bisa bantu apa?"
"Ini gue nggak—"
"Gila! Baru seminggu aja gue udah dibuat nggak fokus."
Andri mengikuti ke mana arah mata Tiara tertuju. Seorang pria bernama Adam yang pindah beberapa hari lalu ke kelas mereka. Entah bagaimana caranya, dia berpindah kelas meski masih satu jurusan.
"Ra," panggil Ayana.
Tak ada balasan apapun dari si pemilik nama. Sibuk memperhatikan ciptaan Tuhan yang ia kagumi dalam diam, yang diberinya nama “si doi”. Dia Adam Dhiafakri Pradipta. Lelaki yang menggemparkan seluruh isi kelas ketika dia memperkenalkan diri sebagai anak kelas mereka yang baru.
"Ra, ada bias lo!"
Secepat kilat, perhatian Tiara beralih. Bangkit berdiri, sedangkan matanya mengelilingi seisi kelas dengan mata lebar dan senyum menggembang. "Mana, Ay? Mana?" Ketika sadar, dia memberenggut kesal. Menatap Ayana malas. Pasalnya, Ayana pasti membawa nama si bias agar atensinya buyar. "Ada apa?"
"Bisa lo fokus? Udah lewat dua mata pelajaran dan lo masih lihatin doi lo."
Tiara bedecak sebal. "Gampang. Nanti gue pinjam buku lo, biar otak gue makin encer."
"Nggak akan! Buku gue yang kemarin lusa lo pinjam, kan belum lo balikin."
Tiara cengengesan. "Tenang, Ay. Buku lo aman ada di tas gue." Iris matanya menemukan Andri yang memandangi Adam. "Heh, Andri! Awas lo, dia punya gue!"
"Lo pikir gue apaan? Gue masih normal, ya," sanggah Andri menukar atensi pada Ayana seraya mengulas senyum. "Buktinya gue deketin teman lo."
"Ehem! Ehem!" seru Tiara pura-pura batuk. "Kode keras, tuh, Ay."
"Lo butuh apa, Dri? Gue—"
"Yaelah, Ay bukannya udah jelas dia butuhnya lampu hijau dari lo?"
"Lampu hijau? Tuh, banyak di jalan," balas Ayana tak acuh. "Udah sana, lihatin aja doi lo."
Tiara tergelak pelan lantas berucap, "Bilang aja, nggak mau gue gangguin, susah ya, Ay?" Dia kembali memfokuskan matanya ke belakang pada si doi.
Ayana diam, enggan menyela lagi. Berbalik menatap Andri yang sedari tadi terdiam entah kenapa. Biasanya lelaki itu kerap buka suara, sesekali menyanggah. "Andri?"
Sadar dari keterdiamannya, Andri berucap maksudnya mendatangi bangku Ayana. Ingin meminta penjelasan perihal materi yang tak ia pahami. Lantaran di kelas, nilai Biologi Ayana selalu menjadi yang tertinggi, mengalahkan nilai teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...