“Hope you like it, Ira.”
*****
"Tiara!"
Langkah kakinya lantas berhenti mendengar namanya di gemakan seseorang. Tubuhnya berbalik ke belakang. "Ngapain lo masih di sini? Bukannya tadi lo udah pulang?"
"Ada yang ketinggalan," jawab si pemanggil enteng.
"Cih, bilang aja mau lihat doi," desis Tiara. Meski begitu di dalam hati, Tiara berseru kegirangan.
Lelaki itu tertawa pelan. "Modus dikit gak apa-apa kali," celetuk Andri.
"Modus kepala lo! Awas aja teman gue cuma di modusin!"
"Tenang, Ra. Gue gak akan kecewain lo. Cuma yang jadi masalahnya itu teman lo yang susah banget gue taklukin."
Tawa Tiara pecah mendengar penuturan temannya si pemegang kekuasaan pertama.
"Malah ketawa lagi!" dengus Andri kesal.
"Ya, berusaha, Dri. Ngeluh gak bakal buat Ayana takluk. Justru dengan sikap dia yang pura-pura atau emang dianya yang nggak peka, lo bisa belajar buat berjuang dapatin apa yang lo suka, termasuk cewek," tutur Tiara layaknya pakar cinta.
"Tumben otak lo jalan."
"Gue nasihatin malah ngeledek!"
Sampai di kelas tujuan, Tiara tidak menemukan keberadaan gadis berambut panjang yang tengah mengerjakan tugas. "Loh, Ayana kemana?"
"Ke toilet kali." Andri duduk di depan meja Ayana dan Tiara.
Buku gadis itu berantakan di atas meja dan tasnya masih berada di tempat biasanya. Makin meyakinkan dugaan Andri mengenai Ayana yang pergi ke toilet.
Berusaha berpikiran positif Tiara mendudukkan diri di kursinya. Tangannya bergerak lincah di atas layar benda canggih itu. Mengirim pesan kepada temannya yang menghilang seketika.
To: Ayana Reveira Iskandar
Ay, lo ke mana? Gue di kelas sama Andri.Lima menit berlalu namun tidak ada tanda-tanda kehadiran Ayana, pesan pun tidak dibaca. Tenang, Tiara. Ayana pasti baik-baik aja, batinnya meyakinkan diri sendiri. Harap-harap cemas, mengirim pesan untuk kali kedua untuk orang yang sama.
To: Ayana Reveira Iskandar
Lo ngapain di toilet, sih? Kok lama banget. Gue tinggalin lo kalau sepuluh menit lagi lo nggak muncul.Waktu terus bergulir. Jam bergerak memutar bergantian menunjukkan angka-angka. "Dri, perasaan gue nggak enak," sahut Tiara.
Andri yang semula sibuk memainkan ponselnya, entah sedang apa, menoleh. "Kenapa?"
"Ayana. Dia … baik-baik aja, kan? Udah hampir tiga puluh menit kita nunggu, tapi dia gak balik juga," cemas Tiara. Suaranya terdengar sedikit bergetar.
Andri tahu itu. Karena selama itu pula pesan dan panggilan teleponnya tak di indahkan si gadis. "Coba lo telepon," titahnya. Barangkali Ayana akan mengangkatnya.
Segera Tiara menuruti titah Andri. "Angkat, Ayana," lirih Tiara. Kepala Tiara menggeleng. "Dri, sebenarnya tadi sebelum gue pergi, gue lihat Ayana … wajahnya pucat pas lihat handphone," cerita Tiara.
"Maksudnya?"
Tangannya masih asyik mengukir angka di buku tulisnya. "Gue mau ke kantin. Lo mau pesan apa?" tawar teman sebangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...