[CHAPTER 3] Boleh Kenalan, Gak?

516 466 318
                                    

“Memulai dari awal bukanlah hal mudah. Mungkin dengan adanya jarak membuat semuanya jauh lebih baik.”

*****

    "Thanks, ya, Dri," sahut Ayana. Sebelah alisnya terangkat. "Andri?"

    Dipanggil namanya, Andri tersadar. "Kenapa, Ay?"

    "Makasih udah anterin gue pulang," ucap Ayana mengulang.

    "Oh, bukan masalah."

    "Lo nggak apa-apa, kan?"

    "Nggak, kok. Cuma—"

    "Kalau lo masih ngerasa nggak enak karena yang tadi, lupain aja. Lagian gue gak ambil pusing. Tenang aja. Lo bilang, lo suka sama gue. Suka yang lo maksud itu sama nama gue, ya kan? Lo sendiri yang bilang gitu," kata Ayana menjelaskan. Walau awalnya, Ayana terkejut, ralat, sangat terkejut Andri mengungkap kalimat tersebut. Namun, setelah sedetiknya Andri menjelaskan maksud perkataannya, Ayana tidak lagi salah paham.

    "Emm ... iya, tapi gue ngerasa nggak enak aja sama lo. Dan gue takut lo kenapa-napa."

    Dahi Ayana bertautan. "Takut maksud lo?"

    "Ya, takut kalau lo tiba-tiba jatuh cinta sama gue gitu," gurau Andri. Bibirnya terangkat sebelah.

    "Ck! Mulai deh, gombalnya."

    Andri terkekeh kecil. "Lain kali sering-sering sepeda lo rusak, ya, Ay. Biar tiap hari gue antar-jemput lo."

    Ayana memberenggut. "Enak aja! Lagian kalau bukan karena rantai sepeda gue putus, nggak bakalan gue balik sama lo!" serunya ogah. Yang ada Andri makin gencar memberi kode keras padanya. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!

    "Iya, iya, asalkan hubungan kita nggak ikutan putus," celetuk Andri. Menggoda Ayana adalah bagian dari kehidupannya di dunia ini.

    Decakan Ayana terdengar. "Selama ini gue salah ngenilai lo. Gue kira seorang Andri Antonio Dewantara itu cowok cuek yang nggak care sama makhluk yang namanya cewek. Tapi ternyata gue salah. Lo tuh cowok yang—"

    "Cakep, juara kelas, rendah hati, pengertian, dan gak akan pernah berpaling dari seorang cewek bernama Ayana Reveira Iskandar," sambung Andri melanjutkan ucapan Ayana yang sangatlah berlainan.

    Ayana memutar bola mata. "Andri, gue mohon sama lo buat normal dikit, nggak bisa apa?" sarkas Ayana.

    Memangnya apa yang Andri harapkan dari gadis biasa seperti Ayana? Atau mungkin Andri tengah memerankan perannya sebagai seducer yang ketika si gadis jatuh hati, maka si lelaki akan mencampakkannya? Ya, itu mungkin saja. Mengingat kegigihan Andri untuk mendapatkannya.

    "Apa mau lo?" tanya Ayana to the point. Dia bersidekap tangan.

    "Kalau gue maunya lo. Lo bisa ngasih itu ke gue?" Andri memandang Ayana tepat di mata, tak gentar.

    Hening sesaat. Rasa gugup merayap. Gue nggak bisa, Andri. Sampai kapan pun, batin Ayana.

    Sampai kapan pun gue nggak akan suka sama cewek lain, selain lo. Lo satu-satunya cewek yang udah bikin gue jatuh cinta sama lo. Jadi lo harus tanggung jawab!

    "Ck! Gue orang bukan barang!"

    Andri justru terkekeh kecil. "Ya udah, masuk, gih."

    "Lo ngusir gue ceritanya, huh?" kata Ayana pura-pura kesal.

FLASHBACK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang