“Ketika rumor aneh tentangmu tersebar luas. Akankah kau menjelaskan semuanya atau diam menerimanya lapang dada? Pilihan ada di tanganmu.”
*****
"Duh, udah ditutup lagi!" dengus gadis berseragam putih-abu melihat gerbang sekolahnya tertutup. "Gimana, ya?" Dia berjalan gelisah di tempatnya berdiri.
"Ssttt …," desis seseorang.
Si gadis membeku. Bulu kuduknya merinding. Ia melihat sekeliling tidak ada siapapun di sana, selain dirinya. "Siapa lo? Hush! Hush! Sana pergi! Jauh-jauh!" usirnya mengibas-ngibaskan tangan.
"Ssttt … di sini." Lagi. Suara menakutkan itu terdengar.
Kepalanya melongok ke seseorang di balik pohon. Keningnya mengerut bingung. Mendekatkan diri ketika sosok nyata itu melambaikan tangan.
"Lo telat?"
"Lo juga?" tanya si gadis membalikkan pertanyaannya. Dia mengamati penampilan si laki-laki yang juga terlambat. Namun ada yang ganjil. Ke mana perginya tas si lelaki?
"Nama lo siapa?" Bukannya menjawab, ia justru balik bertanya.
"Kenapa lo pengen tahu?" balas si gadis.
"Lo mau masuk tanpa ketahuan, nggak?"
"Caranya?" Si gadis bertanya ingin tahu. Sebentar lagi bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Perasaan cemas perlahan merayap.
"Nama lo!"
"Tiara!" serunya menyelak, tak terima berkenalan dengan pria asing, ya meski wajahnya masuk ke jajaran laki-laki most wanted versinya.
"Oke, pinjam tas lo," pinta si lelaki.
Tiara memeluk tasnya. Matanya memicing waspada. "Mau ngapain lo? Jangan-jangan lo, cowok gila yang suka gangguin cewek sekolahan itu, kan? Ngaku lo!" Tiara mendengar rumor itu tersebar akhir-akhir ini. Bisa saja dialah sosok itu.
Tak terima dipandang tak waras, si laki-laki mendengus. "Ganteng kayak gini lo sebut gila?"
"Kenapa? Nggak terima lo?!" Tiara menengadahkan kepala menatap lawan bicaranya.
"Aish, ngapain juga gue harus berurusan sama cewek gila ini?" lirih si lelaki.
"Apa?! Lo ngatain gue gila?!" Teriakan membahana Tiara terdengar memekakkan telinga lawannya. "Minta maaf, gak lo!" titah Tiara.
"Nggak akan!"
"Nggak?!" Dia tidak tahu siapa Tiara. Baiklah, biar dia perkenalkan dirinya. Belum berucap sepatah kata, suara seseorang menginterupsi kegiatan debat mereka.
"Apa yang kalian lakukan? Cepat masuk!"
Tiara memamerkan tatapan sinisnya ketahuan terlambat. "Awas lo!" umpatnya. Memaksakan kakinya berjalan. Bersiap menerima hukuman.
Guru penjaga piket hari ini tampak menakutkan di mata Tiara. Matanya menyipit kala menemukan wajah asing di antara mereka. "Siapa kamu?"
"Saya murid baru di sini, Pak," sahut si lelaki sopan.
"Terus mana tas kamu? Mau bolos, iya?"
"Nggak, Pak. Tadi saya beli penghapus dulu, nggak enak kalau pinjam punya orang lain. Masa anak baru gak modal, sih, mereka pasti mikir gitu ke saya, Pak," sanggahnya. "Kalau bolos gak mungkin saya balik lagi ke sekolah sampai ketahuan," tambahnya meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...