[CHAPTER 39] Bertemu Seseorang

83 60 17
                                    

“Dia tak tahu jika bertemu seseorang bisa semenyakitkan ini.”

*****

    "Bunda, Devia pulang," sahut gadis berwajah imut menyusuri tiap sudut rumahnya.

    Wanita yang dipanggil Bunda itu mengukir senyum. Wajahnya terlalu muda jika dikatakan telah menikah, apalagi memiliki seorang anak gadis. "Eh, kalian pasti Kakak kelasnya Devia, ya?" tebak Mella menemukan dua gadis berseragam SMA.

    Mereka balas tersenyum. "Tiara, Tante," sapa Tiara yang terlebih dahulu membuka suara.

    Mella menatap gadis di sebelah Tiara. "Kamu pasti Ayana, kan?"

    Ayana mengangguk. "Iya, Tante saya Ayana."

    "Nggak usah formal gitu, ah. Kalian kan teman anak Tante. Oh, iya, Devia sering cerita banyak hal tentang kalian, apalagi kamu, Ayana," papar Mella.

    "Bunda!" peringat Devia pelan.

    "Tante berterima kasih karena kamu selalu bantuin Devia," ucap Mella tulus. "Maka dari itu, Tante ajak kalian makan malam di sini. Kalian nggak apa-apa, kan?"

    "Nggak apa-apa, kok, Tan," balas Tiara menahan ke antusiasannya.

    "Ya udah, kalian duduk dulu. Biar Tante siapin makanannya," ujar Mella. "Devia, kamu ganti baju dulu sana," titah Mella pada putri semata wayangnya.

    "Siap, laksanakan!" Devia memberi hormat. Berpamitan pada dua kakak kelasnya. Kemudian bergegas ke kamar.

    Ayana dan Tiara mendudukkan diri di sofa ruang tamu. Kepala Tiara tak pegal sebab meneliti setiap sudut rumah Devia. Cukup luas. "Wah, kayaknya mereka cukup berada, deh," ungkap Tiara berbisik.

    "Ya, dan gue harap lo nggak kelihatan kayak orang udik yang baru lihat rumah mewah," sarkas Ayana berbisik pula.

    Tiara mendengus kesal. Berjalan ke sudut ruang tamu. Mendekati meja yang di penuhi bingkai. Memperhatikan bingkai foto digenggamannya kini. "Ay, sini deh," suruh Tiara.

    Ayana mendesah sebal. "Ra, duduk!"

    Namun Tiara tak mengindahkannya. Foto di tangannya adalah fokus utamanya. Menyipitkan mata melihat salah satu orang di sana. "Kenapa wajahnya nggak asing, ya?" gumam Tiara. "Kayak pernah lihat, tapi dimana?"

    "Oh, ini Ayah aku, Kak," jawab Devia. Gadis mungil itu telah selesai berganti pakaian.

    Tiara cengengesan tak enak. "Maaf, ya, Dev."

    "Nggak apa-apa, kok, Kak. Santai aja."

    "Ini kamu, ya?" tunjuk Tiara mengarah pada bingkai yang lain. Memperlihatkan foto anak kecil berusia sekitar lima tahunan. "Ternyata dari kecil kamu manis, ya," pujinya.

    Enggan duduk diam, Ayana bangkit berdiri ke arah dapur, membantu Mella, Bunda Devia.

    "Ayana, ada apa? Oh, astaga! Maaf, Tante belum nawarin kalian minum, kan?" Mella bergerak panik. "Kamu mau minum apa?"

    "Nggak usah, Tante. Aku ke sini mau bantu Tante," aku Ayana.

    "Kamu duduk aja, main sama mereka, biar masak jadi urusan Tante."

    "Apa yang bisa aku bantu, Tan?" tanya Ayana memakai celemek di tubuh. Siap membantu Mella.

    Mella tersenyum kecil. "Kamu bisa potong sayurannya? Tante takut makanannya gosong nanti."

    Ayana menaik-turunkan kepala. Segera memotong berbagai sayuran sesuai perintah Mella.

    "Kamu juga suka bantu Mama kamu masak, ya?" Mella mengisi keheningan yang terjadi. Mencari bahan perbincangan.

FLASHBACK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang