"Kini mereka ada di tingkat yang sama. Sama-sama ingin melindungi gadis yang di suka. Hingga rasa ingin memiliki tumbuh di diri mereka. Namun entah siapa yang akan memenangkan kompetisi tak kasat mata itu."
*****
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian orang-orang yang tengah berkumpul. "Udah lama nunggunya?" tanya Leon santai. Mendudukkan diri di sebelah Adam.
"Yon, bisa nggak lo baik-baik sama cewek?"
Leon melirik si penanya. "Ah, sorry, Wil. Tenang aja, cewek lo nggak gue apa-apain, kok."
"Awas lo main ambil!" seru Wildan memperingati Leon. "Nih, password-nya 970901," sahut Wildan menyerahkan handphone Tiara, yang sebelumnya Leon tabrak dengan sengaja untuk mengalihkan perhatian Tiara.
Adam menerimanya. Mengetikkan password yang disebutkan Wildan. Dan berhasil. Jarinya bergerak mencari aplikasi perpesanan.
Wildan berdeham. "Btw, kenapa lo minta gue ambil handphone Tiara?"
Hening. Tidak ada jawaban dari sekian banyaknya orang di sana. Wildan menoleh ke Novan-yang duduk paling ujung-meminta penjelasan. Namun lelaki berjuluk Korupthor itu mengedikkan bahu. Kemudian ke orang tepat di sampingnya. "Dri," panggil Wildan.
Andri mendesah pelan. "Cuma mastiin aja," balas Andri.
"Mastiin apa? Nggak mungkin kan Tiara ada sangkut pautnya sama insiden pengurungan Ayana?"
Ya, sekarang ini mereka berkumpul membicarakan kejadian yang menimpa Ayana. Entah kenapa jadi banyak orang yang turut ikut serta. Kelvin-si Ketua OSIS sekaligus orang yang meminjamkan Ruang OSIS sebagai tempat rapat-mendesah panjang. Tidak percaya, dirinya justru berada di tengah-tengah perkumpulan ini, alih-alih mengikuti pembelajaran. Ya, ketujuh anak laki-laki itu membolos berjamaah.
Senyum Adam terlihat. Dugaannya benar. Tiara ikut campur tangan di kejadian kemarin. Menyerahkannya pada Wildan tanpa berkata apapun. Yang langsung Wildan ambil alih.
"Nggak mungkin!" seru Wildan. "Tiara nggak mungkin ngelakuin itu!"
"Lo yakin itu cukup buat ngebuktiin kalau Tiara beneran ngelakuin itu semua?" Pertanyaan Bagas segera di hadiahi tatapan keenam lelaki.
Wildan yang menyetujui ucapan Bagas berseru girang. "Gue setuju! Gimana kalau bukan Tiara yang ngelakuinnya, tapi Lily. Dia sengaja bikin seolah-olah Tiara pelakunya."
"Cukup masuk akal," sahut Novan sambil mengangguk.
"Kalian lihat? Si Korupthor aja setuju!" seru Wildan.
"Berisik lo!" balas Novan.
"Gue tahu Tiara orang kayak apa. Rasanya gak mungkin dia pelakunya."
"Tuh, Andri aja-"
"Tapi, Tiara bisa aja mulai benci sama Ayana. Karena itu, dia gak punya pilihan lain, selain nyelakain Ayana."
Wildan tergugu mendengarnya. "Andri, lo tahu Tiara bukan-"
"Wil, bisa lo kesampingkan rasa suka lo dulu?"
Wildan membuang muka enggan menatap Andri.
"Dia gak percaya sama gue, yang notabenenya teman sebangkunya sendiri. Itu yang dipikirin Tiara," ungkap Leon.
Andri mangangguk. "Tapi Tiara salah. Ayana bukan gak percaya, dia cuma nggak pengen Tiara berubah," tambah Andri.
"Berubah? Maksudnya?" Kelvin bertanya setelah menyaksikan peraduan argumen di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...