“Bukannya tujuan dibuatnya janji itu buat di tepati bukan di ingkari, ya kan?”
*****
"Adam," lirih Tiara melihat kedatangan seorang pria berkaus hitam polos di balik jaket abu-abunya.
Gadis di sebelah Tiara menengadah. Matanya membelalak terkejut. Bagaimana Adam tahu dia ada di sini? batinnya. Hingga sebuah nama terlintas di kepalanya. Apa mungkin Tiara?
Adam melirik Ayana yang membeku. Ingin mendekat namun sebelum melangkah Ayana mundur. "Ra, dia masih lama?" tanya Ayana mengabaikan keberadaan Adam.
Tiara segera menoleh. "Oh, dia—"
Suara langkah kaki mendekati mereka bertiga. Dia Andri. Orang yang ditunggu. Dia mengernyit ke arah Adam. Tidak mengambil pusing, Andri melangkah pada Ayana. "Ayo, gue anterin."
Ayana mengangguk. Berjalan di samping Andri. Diikuti Tiara yang sebelumnya mematung untuk beberapa saat.
Adam mendesah kasar mengingat penolakan Ayana. Suara pintu dibuka mengalihkan matanya memandang laki-laki berwajah lesu. Langsung membaringkan tubuh di lantai. Adam menautkan kening heran.
"Gue sakit hati, Dam," sahut Leon tanpa ditanya.
Adam mendengus. Tidak mengacuhkan kehadiran Leon. Namun ikut melakukan apa yang dilakukan Leon. Memperhatikan birunya langit yang tak terhiasi awan.
"Dam," sebut Leon. Adam menggumam sebagai balasan. "Kira-kira janji itu masih berlaku, nggak?"
Adam mematung. Iya atau tidak? Entahlah, dia pun bingung.
Leon menangkap keterdiaman Adam tanda tak tahu. Lelaki pemalas itu berdecak. "Gue harap nggak," ujarnya. "Lo gimana, Dam?"
"Masih!"
"Oh, masih berlaku, ya," gumam Leon. Hingga menyadari bahwa itu bukanlah suara laki-laki, melainkan suara seorang perempuan. "Ira?"
Ayana menatap keduanya bergiliran. Menyilangkan lengan di dada. "Janji itu … masih berlaku," tegasnya menekankan.
"Kata siapa?"
Ayana melirik orang yang bersuara seolah menentang ucapannya.
"Kita udah nggak kayak dulu lagi, jadi nggak ada alasan buat nepatin janji itu," terang Adam enteng.
"Tapi bukan berarti janji itu harus dilanggar!" seru Ayana.
"Oke, gue ngerti. Gimana kalau kita voting aja?" saran Leon menengahi.
"Lily juga harus ikut," sanggah Ayana sebelum Leon menyela. "Karena dia yang saranin janji itu."
"Boleh, tapi kalau hasilnya seri gimana?" tanya Leon mengingat mereka berempat, angka genap. Karena jujur, dia sendiri memilih tidak, sama dengan Adam. Sementara Ayana memilih iya. Tetapi Lily. Entah apa pendapat gadis yang menyarankan janji mereka. Jika Lily juga memilih iya, maka hasilnya akan seri.
"Kita lihat aja hasilnya nanti," ujar Ayana. "Aku pilih iya."
"Nggak," kata Adam singkat.
Pandangan mereka beralih ke Leon. Menunggu jawaban Leon. "Gue … lihat aja nanti!" Secepat kilat menghilang dari pandangan mereka berdua.
Ayana melirik Adam. "Maksud kamu apa?"
Adam memperhatikan handphone Ayana yang menampilkan sebuah room chat. "Masih kurang jelas?"
"Dewa Kasar? Siapa? Andri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...