"Tak aku sangka kita bisa bersama hingga saat ini. Kamu tahu aku kira kamu enggan berteman denganku, mengingat pertemuan pertama kita yang terkesan aneh."
*****
Anak perempuan berseragam putih-biru–ciri khas anak SMP–itu sibuk membaca benda di tangannya, sebuah novel. Bibirnya mengukir senyum tipis ikut terbawa suasana dalam alur ceritanya.
"Ayana," lirih seseorang. Suaranya pelan hampir tidak terdengar siapapun. Namun tidak berlaku bagi si pemilik nama.
Anak perempuan itu mendongak. Keningnya mengerut heran. Seingatnya, ia tidak memiliki kenalan dari sekolah lain. Anak satu sekolahnya pun ia tidak kenal. Baik itu perempuan maupun laki-laki.
"Siapa?" tanya Ayana. Berdiri dari duduk santainya sambil menatap antisipasi lelaki, si pelaku pemanggilan namanya.
Lelaki itu tersenyum kikuk. Merasa dongkol. Mampus lo, Dri! Mati aja lo sekalian! makinya dalam hati.
"Kamu siapa?" Lagi. Ayana bertanya.
"Emm ...." Si pelaku tampak mencari alasan yang tepat dan logis, tentunya. "Gue pengen kenalan sama lo," sahutnya berucap cepat.
"Huh?" Otak Ayana berputar mengulang kalimat si pelaku, layaknya menampilkan efek slow motion. Tetapi nyatanya, itu tidak berhasil. "Kamu bilang apa barusan?"
"Kenalin nama gue Andri Antonio Dewantara. Lo bisa manggil gue Andri," sahut si pelaku yang mengaku bernama Andri.
Untuk beberapa detik terlewat, si gadis terdiam ragu menatap uluran tangan si pemuda. "Nama aku Ayana Reveira Iskandar. Panggil aja I—maksud aku Ayana," balasnya menjabat tangan Andri. Ia menampilkan senyumnya.
Manis. Tanpa sadar Andri berucap kagum melihat senyum Ayana, gadis yang entah mengapa membuatnya melakukan hal-hal gila. Misalnya saja tadi. Dengan bodohnya, dia mengajak Ayana berkenalan. Dan beruntungnya ia ketika gadis itu tak langsung kabur, mendapatinya yang ketahuan mengintip.
"Kamu kelompok apa?" tanya Ayana memecah keheningan.
"Gue di kelompok—"
"ANDRI!" Teriakan seorang perempuan terpaksa menghentikan ucapan si anak lelaki. Gadis dengan rambut di kucir kuda—sama seperti Ayana dan anak perempuan lainnya yang tengah mengalami masa sulit, MOS. Berjalan dengan kaki dihentak-hentakkan ke tempat yang ia injak.
Sementara itu, Andri mengutuk kedatangan gadis cerewet yang kini berada di depannya sembari bertolak pinggang. Ciri jika ia sedang mode ke tahap penceramahan.
"Gue cari lo ke mana-mana. Eh, tahu-tahunya lo malah asyik-asyikan di sini. Berduaan lagi!" Gadis itu memulai ceramahnya. "Lo pikir, gue nggak capek apa keliling sekolah yang segede ini cuma buat nyari lo, huh?!"
"Emm, kalau gitu, aku pergi duluan," pamit Ayana tidak ingin di anggap pengganggu hubungan orang. Tidak! Ia tidak mau!
Grep!
Entah keberanian dari mana Andri memegang pergelangan tangan Ayana, gadis yang ia ketahui namanya beberapa saat lalu. Hingga lima detik berlalu, Andri sadar lantas melepas tautan tangan mereka. "Gue gak punya hubungan apapun sama dia," sahutnya spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...