“Egois. Ketika kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Di saat orang lainlah yang di pikirkannya.”
*****
"Ma," sebut Leon.
Nessa menengokkan kepala. "Iya, Sayang."
"Ira. Mama udah telepon dia, kan?"
Senyum Nessa tampil. "Udah, tapi nomornya nggak aktif."
Leon mendesah. Sudah satu minggu ia bangun dari tidur lelapnya. Namun gadis yang berjanji akan menjadi orang pertama yang dilihatnya kala bangun justru tak kunjung terlihat sampai saat ini.
Nessa mengusap lengan Leon menenangkan. "Mungkin dia lupa."
"Nggak mungkin, Ma! Ira nggak mungkin lupa sama janjinya!" bantah Leon.
Pintu terbuka perlahan hingga menampakkan dua orang temannya datang berkunjung. "Ada Lily ternyata," sambut Nessa ramah lalu memeluk gadis berseragam SMP itu.
Lily menyambut pelukan Nessa. Wanita yang ia anggap Mama sendiri. "Maaf Tante, baru bisa datang sekarang."
Nessa tersenyum. "Nggak apa-apa. Tante tahu kamu sibuk belajar apalagi sekarang mau ujian." Mama Leon menggeser matanya ke arah lelaki yang datang bersama Lily. "Eh, kamu juga ikut? Maaf, ya ganggu waktu belajar kalian."
"Tenang aja, Tante. Adam itu kalau urusan belajar otaknya cepat jalan," ledek Lily menyindir.
Adam tak mengindahkan ledekan Lily. "Apa kabar, Tante?"
Nessa mengembangkan senyum. "Kabar Tante baik. Kalian masih suka berantem? Coba aja, akur bentar, kalian itu cocok tahu?"
"Tante bisa aja," sahut Lily malu-malu. Pipinya bersemu kemerahan.
Nessa kembali tergelak pelan. Paham Lily memendam rasa terhadap temannya sendiri. "Tante serius, Lily. Padahal awalnya Tante pengennya kamu bareng sama anak Tante. Ternyata anak Tante kalah cepat sama Adam, ya?"
"Mama apaan, sih?! Leon yang diam diikut-ikutin!" protes Leon cemberut.
"Maaf, nih, Tante bukannya aku sombong, tapi Leon itu sekalinya nyebelin tetap nggak bisa jadi ngangenin," ungkap Lily.
"Siapa juga yang mau sama lo?!"
"Leon! Nggak baik marahin anak gadis!" peringat Nessa. "Ya udah, Tante tinggal dulu." Mama Leon berlalu membiarkan mereka bercengkrama lebih leluasa.
"Apa kabar lo?" sapa Lily menempati kursi yang diduduki Nessa sebelumnya.
"Nggak baik!" ketus Leon. "Ira mana? Kok dia nggak ke sini?" Sejak kehadiran mereka, kepalanya tak letih menunggu seorang gadis membuka pintu ruangannya.
Untuk beberapa detik terlewat tak kunjung ada jawaban. "Ly, Ira mana? Dia nggak ikut? Kalian ngasih tahu gue bangun, kan? Gue harus kasih dia hukuman karena nggak nepatin janjinya. Lily!"
"Iya?"
"Ira. Dia nggak masuk? Tumben, biasanya ngebet pengen sekolah apalagi pas sakit. Dia kenapa?" tanya Leon bertubi-tubi. Tak mendapat jawaban, Leon menengok ke Adam. "Dam, lo tahu Ira ke mana? Bisa-bisanya dia nggak datang pas gue bangun!"
"Dia izin nggak masuk," jawab Lily kilat. Tidak membiarkan Adam membuka mulut.
"Kenapa?" Leon bertanya agak sinis. Kecurigaannya entah kenapa makin menumpuk. Pasalnya, Ayana tipe siswi yang paling semangat diajak ke sekolah. Hari libur pun ia sempat mendatangi sekolah. Benar-benar gila sekolah, temannya yang satu itu. Adam yang otaknya encer saja, tak sampai sebegitunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...