[CHAPTER 1] Sebuah Pertanyaan

765 580 531
                                    

“Hanya karena sebuah pertanyaan sederhana, hatinya bergemuruh mengingat semuanya.”

*****

    Gadis ber-name tag Ayana Reveira Iskandar sedang menyibukkan diri dengan membaca buku catatan Kimia-nya. Bukan pura-pura apalagi tidak ada kerjaan, tetapi itulah kebiasaan rutinnya beberapa menit sebelum bel masuk pelajaran pertama di bunyikan.

    Alasannya? Tentu bukan karena ada ulangan yang dia lupakan. Juga bukan ingin mendapat perhatian orang lain. Melainkan dirinya harus mengerti apa saja materi yang telah disampaikan Guru Kimia, yang ditakuti oleh siswa-siswinya. Baik itu pelajarannya maupun guru yang mengajar.

    Sesekali keningnya bertautan tanda kebingungan. Namun beberapa saat kemudian mengangguk-angguk paham.

    "Good morning, chingu-deul!" seru seorang siswi yang baru saja memasuki kelas dengan riangnya.

    Sementara itu, teman sekelasnya tidak ada yang menyahut sama sekali. Akan tetapi, gadis itu tidak peduli. Dia tak mempermasalahkan reaksi mereka ketika dirinya tiba-tiba datang ke kelas yang terkesan sepi, layaknya pemakaman di malam hari. Sangat sepi. Yang ia pedulikan adalah teman sebangkunya yang harus dan wajib mendengar ceritanya.

    "Ayana, gue bawa cerita super seru—" Ucapannya terputus ketika ia mendapati teman sebangkunya asyik dengan kebiasaannya di pagi hari yang cerah seperti ini. "AYANA!" teriaknya tidak pelan.

    Mereka yang mendengar teriakan gadis penyuka k-pop tersebut spontan menutup telinga, tidak ingin mendadak budek. Ayana–gadis yang notebene-nya teman sebangku si pemilik suara–juga melakukan hal yang sama.

    "Astaga, Ra! Suara lo bisa dikontrol nggak, sih?" protes Ayana menatap Tiara.

    "Nggak!" seru Tiara cepat sembari berkacak pinggang.

    Ayana geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya yang satu ini. Kenapa juga gue dapat teman yang modelnya begini, sih? gerutunya dalam hati.

    "Iih! Ayana! Gue tahu, ya, lo lagi ngomongin gue dalam hati lo," sahut Tiara yang kini duduk di kursinya.

    Ayana tersenyum tak bersalah. "Nggak kok, Ra. Lo negative thingking mulu, deh, sama gue. Gak baik tahu," belanya.

    "Ck! Gue gak bakalan percaya sama lo," tukas Tiara melipat tangan di dada. Pertanda jika ia sedang dalam mode ngambek.

    Ayana tersenyum. Jika begini dia tahu apa yang harus ia lakukan terhadap temannya ini. "Ra, emangnya apa yang mau lo ceritain sama gue? Kata lo, seru. Apaan sih? Gue kepo, nih." Ayana menarik pelan lengan kiri Tiara, bermaksud membujuk.

    Untuk beberapa detik belum ada respon.

    "Ra," panggil Ayana masih berusaha membujuk teman yang di kenalnya semasa Orientasi Siswa.

    Kepala Tiara tertoleh. Senyumnya terukir lebar. "Coba lo tebak."

    Ayana mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Berpikir. "Lo dapat tiket konser gratis dari Bang Re?"

    "Bukan! Lagian mana mau Bang Re ngasih tiket secara percuma," balas Tiara cemberut. "Coba tebak lagi."

    "Emm—" Ayana menjentikkan jarinya. Mengetahui cerita super seru yang di maksud Tiara. "Lo di izinin buat nonton drama Korea semalaman, ya kan?"

    Tiara memajukan bibirnya kesal. "Ayana! Bukan! Cerita ini tuh super duper seru banget!"

    "Hmm ... coba gue pikir lagi, deh. Apa, ya?"

FLASHBACK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang