“Sekecil apapun ingatan itu tetap tak akan mengurangi ketakutannya. Takut suatu saat nanti dia memilih tinggal dengan yang lain. Takut posisinya diambil orang lain. Takut tempat dia terganti di hatinya.”
*****
"Ayana, Ayana." Kepala Tiara menggeleng tak percaya temannya memikirkan seorang lelaki di hidupnya. "Kira-kira siapa cowok itu, ya? Selain Andri nggak ada yang deketin dia perasaan," lirih Tiara.
"Mati aja lo, Wildan!" seru seseorang yang berlari mengejar teman lelakinya.
"Ampun, Dri! Ampun!" ucap si lelaki yang kini berlindung di belakang Tiara. Menjadikan si gadis sebagai tameng pelindungnya.
"Ini apaan lagi?" kesal Tiara yang tiba-tiba diikut sertakan.
"Tuh, Ra, dia marah-marah ke gue gitu aja," tuduh lelaki bernama Wildan sambil menunjuk-nunjuk Andri.
"Heh! Lo main tuduh orang aja! Gue remukin tulang lo baru tahu rasa!" Andri berseru tak terima di jadikan pelaku dalam kasus tersebut.
"Lo lihat sendiri kan, Ra? Gue gak ada salah sama dia. Sumpah!" Dua jari Wildan terangkat. Wajahnya memelas minta di kasihani.
Tiara menarik napas. "Kapan lo gedenya, sih, Wil? Heran gue. Kerjaan lo kan emang cari gara-gara mulu," kata Tiara. Pasalnya sejak SD, Wildan tidak pernah berubah sedikit pun. Selalu menjadi Wildan yang suka mencari masalah. Masalah di sini bukan dalam konteks cowok badboy. Lebih menjurus ke tipe cowok jahil dan hyperactive.
Mendengarnya Andri tertawa. Jenis tawa evil yang terdengar menyeramkan. "See? Gue yang korban di sini. Bukan lo, Wildan," balas Andri tajam.
Lo beneran abis kali ini, batin Wildan. "Oke, gue ngaku gue yang salah. Tapi Tiara, gue mohon sama lo, tolongin gue sekali ini aja. Gue masih pengen hidup," bisiknya memohon.
Tiara menoleh. "Gak ada untungnya tuh gue tolongin lo!" ujarnya angkuh. Lengannya terangkat sembari berucap, "Andri! Sini!"
"Lo mau apa? Gue bisa ngasih itu buat lo!" seru Wildan panik. Keringat bercucuran di dahi ketika Andri berancang-ancang untuk mendekatinya, sesuai perintah Tiara.
Senyum kecil Tiara terangkat. "Apapun?"
"Apapun! Apapun yang lo mau!" sahut Wildan sambil mengangguk-anggukkan kepala cepat. Saat ini nyawanya dipertaruhkan. Tidak ada pilihan lain, selain menuruti keinginan Tiara.
"Cokelat kayaknya enak," ujar Tiara tersenyum membayangkan makanan manis itu.
Paham maksudnya Wildan mengangguk. "Ada lagi?" Ekor matanya sesekali melirik ke arah berdirinya Andri. Antisipasi jika Andri melakukan pergerakan.
"Emm ...." Tiara berpikir sesaat. Menambah ketegangan Wildan yang ingin sesegera mungkin berlari, menghindari Andri karena ketahuan membohongi temannya. "Untuk saat ini, gue cuma pengen cokelat. Sisanya nanti gue pikirin. Oh iya, cokelatnya yang banyak, ya," tambah Tiara tersenyum mendapat mangsa yang cukup untuk keberlangsungan hidupnya di sekolah ini.
"Siap, Kapten!" Wildan memberi hormat. Sama seperti prajurit yang mematuhi titah sang komandan.
"Gue tunggu pas istirahat nanti. Awas kalau lo nggak datang!" ancam Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bertemu dengan si pembawa hadiah menuntunnya masuk kembali ke lingkaran tak berujung. Yang menariknya ke dalam perasaan bernamakan penyesalan. Entah sampai kapan dia harus terjebak bersama kenangan masa lalunya. Yang membawa...