Part :: 31

293 17 4
                                    

Don't be silent readers.

JANGAN LUPA FOLLOW
coclooww

.

.

.

"Minal aidin wal faizin, Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minal aidin wal faizin, Ayah. Maafin semua kelakuan El yang selalu bikin Ayah kesel atau kecewa. Semoga Ayah sehat selalu dan dilancarkan rezekinya,"

Abi yang mendengarkan penuturan putrinya tersebut, mengulas senyum kecil seraya mengusap kepala Elysia yang tertutup hijab plisket berwarna maroon.

Ini adalah pertama kalinya gadis itu melakukan sungkeman kepada kedua orang tuanya. Karena di tahun sebelumnya ia belum mengerti tentang hal sungkeman. Walau tutur kata Elysia terdengar kaku tetapi Abi dan Rere merasa bangga pada putrinya yang sudah beranjak dewasa.

"Aamiin. Ayah juga minta maaf sama Ely kalo Ayah melakukan kesalahan di mata Ely." balas sang Ayah.

Elysia yang tadinya menunduk seraya menjabat tangan Ayahnya, kini mendongak menatap beliau.

"Rasanya aneh kalo Ayah minta maaf sama anaknya," ujarnya seraya menggeleng. "Di mata El, Ayah nggak pernah melakukan kesalahan. Kalopun pernah itu pasti ada alasan tertentu."

Bunda Rere yang duduk disamping sang suami ikut mengelus bahu putrinya tersebut.

"Putri Bunda udah besar ya? Udah cocok jadi istri orang," godanya.

Elysia meringis pelan lalu bergeser menghadap sang Bunda. Posisi Abi dan Rere duduk diatas sofa di kamar yang kedua orang itu gunakan untuk bermalam disini.

"Minal aidin wal faizin, Bundanya El. Maaf kalo El belum bisa buat Bunda bangga, maaf El masih bandel kalo Bunda suruh, maaf juga kalo El sering bikin Bunda capek. Semoga Bunda sehat selalu dan lebih sabar lagi ngadepin El," ucapnya.

Rere tersenyum haru dengan kedua matanya yang berair. Ia meraih tubuh putrinya dan langsung memeluk begitu erat.

"Aamiin, aamiin, aamiin yaa rabbal 'alamiin. Maafin Bunda belum bisa jadi Bunda yang baik buat kamu sama Abang." Lirihnya dengan air mata yang mulai menetes.

Elysia membalas pelukan tak kalah erat sambil menggeleng. "Kata siapa? Bunda adalah Bunda yang paling baik dari yang terbaik. Bunda nggak pernah beda-bedain El sama Abang. El sayang sama Bunda, sayaangg banget."

Abi tersenyum melihat moment haru antara ibu dan anak itu.

Dan disaat keheningan melanda, pintu kamar terbuka dengan kasar dari luar. Disusul munculnya putra mereka yang sudah tampan dengan pakaian muslim barunya.

"Wahh, ada apa nih peluk-pelukan? Nggak ngajak anak gantengnya Bunda," cibir Alvaro yang melihat adegan tersebut.

Abi menatapnya tajam karena putranya itu masuk dengan cara yang tidak sopan.

Kepincut Cinta Marbot [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang