Part :: 54

307 27 6
                                    

DON'T BE SILENT READERS

FOLLOW

coclooww


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.

Elysia terdiam untuk beberapa saat.

"Nak, kami nggak menyalahkan dia soal semua yang terjadi." Lanjut Bundanya menggenggam lembut tangan gadis itu yang melamun.

Disusul Alvaro mendekat pada tubuh adiknya. Dia menuntun Elysia untuk duduk pada bangku yang tersedia di dekat brankar.

"Gue pun udah maafin dia," ujarnya kemudian.

"Semudah itu?" Tanya sang adik menatap lurus ke meja nakas disamping Bundanya. "Lo tau sendiri kan El benci orang-orang yang suka bohong? Kebohongan dia udah bener-bener keterlaluan,"

Cowok berkemeja hitam itu mengangguk pelan. "Iya, gue paham. Tapi, perjuangan dia nyari lo ke semua tempat yang bisa dia akses sendiri itu bikin gue kasihan. Pernah juga mohon ke Ayah pake muka melasnya buat kasih tau keberadaan lo. Nggak sekali atau dua kali, El. Hampir setiap hari dia dateng ke rumah,"

Elysia diam mendengarkan.

"Sampai akhirnya kita juga bingung kenapa satu bulan terakhir dia nggak dateng lagi ke rumah. Itu bagus sebenernya. Tapi Ayah ngasih tau kalo Abdar harus terpaksa dipecat jadi marbot dan diusir dari komplek kita." lanjut Alvaro mencoba memberi pengertian kepada adik tercintanya itu.

Walaupun ia masih sedikit tidak menyukai Abdar, namun lama-kelamaan dirinya juga merasa kasihan terhadap kondisi Abdar. Ditambah berita dari sang Ayah bahwa perusahaan Abdar hampir gulung tikar sebab CEO-nya yang hanya sibuk mencari calon istrinya yang menghilang. Pada akhirnya ia bertekad mempertemukan keduanya suatu saat nanti. Eh, malah sudah bertemu duluan di tempat adiknya menimba ilmu.


"Gue udah tau," kata Elysia dengan nada pelan.

"Kalo tau harusnya lo ggak akan setega ini." Balas Alvaro kembali membuat Elysia terdiam. "Btw, tau dari mana? Abdar udah cerita semuanya?"

Gadis itu menggeleng. "Anash. Itu pun belum semuanya,"

"Sebaiknya kamu temuin dia dulu bicara baik-baik. Kalo setelah bicara kamu masih nggak mau memperbaiki hubungan, kami juga terserah sama kamu, El. Kamu bebas menentukan pilihan hidup kamu." Timpal sang Ayah yang sejak tadi diam.

Kepincut Cinta Marbot [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang