Part :: 53

320 28 4
                                    

DON'T BE A SILENT READERS!!
(dilarang menjadi pembaca diam-diam)

FOLLOW
coclooww

VOTE, VOTE, VOTE!!!!!

VOTE, VOTE, VOTE!!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.


"Loh, katanya seminggu di Jakarta?" Heran Elysia yang melihat keberadaan seseorang di depan gedung fakultasnya. Ia baru saja selesai kelas pertamanya, dan sebentar lagi mata kuliah kedua akan segera dimulai.

Cowok itu membenarkan jas hitam licinnya sejenak. "Kamu harus ikut saya sekarang,"

"Kemana?"

"Jakarta,"

"Haduh jangan bercanda, deh. Saya merantau disini cari ilmu bukan liburan. Enak aja main ngaj--"

"Bunda kamu masuk rumah sakit." Sela Abdar dengan cepat.

Gadis itu menatap kaget raut serius Abdar, "Bohong?"

Abdar menggeleng tegas. "Soal ini saya nggak berani main-main, Elysia. Kamu udah saya izinin ke dosen mata kuliah selanjutnya. Mau tetep diem disini atau ikut saya?"

"Buruan," ucap Elysia sambil berlari mendahuluinya.

Pikirannya sudah kalut memikirkan sang Bunda yang tiba-tiba dikabarkan masuk rumah sakit. Padahal baru semalam beliau menghubungi dirinya.

"Astaghfirullah, Ya Allah.. Nggak usah lari, El." peringat cowok itu sedikit berteriak.

Hal itu sia-sia karena Elysia sama sekali tidak menggubris.

Sampai di gerbang kampus gadis itu berhenti berlari. Bodohnya ia tak ingat jika tidak memiliki kendaraan apapun.

"Mas," panggilnya pada Abdar yang baru sampai menyusulnya.

"Kenapa kesini? Mobil saya di parkiran fakultas kamu."

Elysia langsung mengangguk saja. Ia kembali bersiap lari menuju parkiran Fakultas Bahasa. Tetapi, tangan Abdar lebih dulu mencekal lengannya.

"Nggak usah lari bisa? Saya mau kamu tetep tenang, dinginkan pikiran kamu, dan terus berdoa buat Bunda." Kata Abdar dengan lembut.

Gadis itu bergerak menyentak tangan kekar tersebut.

"Nggak bisa! Bunda butuh saya, dan saya harus cepet ketemu sama Bunda. Ayoo, buruann!" Nadanya pun berubah sentak.

Membuat Abdar melirik kesana kemari sebab ditatap oleh para mahasiswa yang berlalu.

"Istighfar, Elysia." Ucap cowok itu pelan.

Elysia menatapnya kesal. Tidak tau saja bahwa ia sangat khawatir dengan keadaan Bundanya. Dan mati-matian menahan tangis di depan cowok itu serta mahasiswa lain. Akhirnya gadis itu menunduk di tempat seraya meremat tali totebag yang ia pakai.

Kepincut Cinta Marbot [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang