Part :: 25

319 22 0
                                    

MASIH NUNGGUIN CERITANYA NGGAKKKK???????

JANLUP FOLLOW AUTHORNYA
coclooww

THANKS, BRADER!

Decakan keras keluar dari bibir Alvaro yang tengah duduk di kursi kebesaran milik Ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Decakan keras keluar dari bibir Alvaro yang tengah duduk di kursi kebesaran milik Ayahnya.

"Ayah iyain permintaan dia?"

Abi yang berdiri di dekat jendela ruang kerjanya hanya diam. Ia sengaja memanggil putra sulungnya itu untuk membicarakan soal Elysia yang akan dilamar oleh seseorang. Sang istri belum ia beri tahu karena sepertinya yang akan menjadi masalah adalah pada putranya tersebut, Alvaro.

"Siapa orangnya, Yah?" Tanya Alvaro lagi yang menyadari keterdiaman sang Ayah.

Abi berbalik menatap lurus ke arahnya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana formal-nya, yang belum sempat mengganti pakaian sebab ia baru pulang dari kantor.

"Abdar,"

Dahi Alvaro mengerut tipis seperti pernah mendengar nama tersebut. "Kayak pernah denger," gumamnya. "Anak mana?"

"Marbot di masjid kita."

Rahang tegas cowok itu jatuh ke bawah membuat bibirnya terbuka lebar dengan kedua matanya yang melotot.

"COWOK SONGONG ITU?!"

Sang Ayah memejamkan mata singkat mendengar pekikan putranya. "Kondisikan suara kamu, Al."

"Nggak, nggak. Ayah setuju nikahin El sama dia? Kita aja nggak tau asal-usul keluarga sama latar belakangnya loh, Yah." Sambung Alvaro menatap yakin pada Abi.

"Abdar anak baik-baik, bahkan lebih dari kata itu. Dia juga orang yang hebat. Apa salahnya kalo Ayah merestui mereka?"

"Jelas salah. Dari mana Ayah tau dia orang yang kayak gitu? Al nggak akan biarin gitu aja kalo El dinikahin orang asing,"

Abi berjalan ke arah putranya lalu duduk di kursi yang ada di depannya menghadap Alvaro.

"Ayah udah mengenal dia sejak lama."

Alvaro menatap Ayahnya bingung. Abi ini sedang berhalusinasi atau apa? Batinnya.

"Kok?" Tanyanya.

Sang Ayah terdiam dan tak lagi menjawab perkataan putranya. Ia menyenderkan tubuh pada kursi seraya memijat dahinya yang terasa pening.

"Nanti kamu akan paham," katanya. "Tentang yang tadi jangan kasih tau adik dan Bunda kamu dulu. Ayah masih butuh pertimbangan,"

"Al masih nggak setuju, Yah." Ujar Alvaro dengan lantang.

Abi menatapnya tanpa ekspresi.

Hening. Keduanya tak ada yang bersuara. Ayah dan anak tersebut saling menatap tajam dalam diam, sebelum akhirnya Abi kembali bersuara.

Kepincut Cinta Marbot [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang