Part :: 22

292 26 5
                                    

WAJIB FOLLOW!!

coclooww

coclooww

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-o0o-

     Seseorang masuk ke dalam kontrakan kecil Abdar yang berada di ujung desa. Penampilannya cukup santai, dan hanya memakai sepatu kotak-kotak seperti papan catur. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Karena ini sudah bukan pertama kali ia datang, jadi sudah terbiasa.

Rumah kontrakan yang disewa oleh Abdar tersebut memang nampak kecil dari luar. Padahal jika sudah masuk ke dalam, akan terlihat lebih luas. Di dalamnya juga tidak terlalu banyak barang sebab Abdar sendiri yang meminta supaya tidak terlalu mahal juga membayarnya.

"Haissss, kesekian kalinya gue mergokin lo senyum-senyum gila kayak gitu." ujar Anash yang baru memasuki kontrakan sang Bos.

Ia mendudukkan bokongnya tepat di samping Bos-nya di sofa panjang.

Sosok yang tersindir langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar seperti biasa ia menatap sekretarisnya tersebut.

"Nggak salam nggak permisi main terobos aja," sindir Abdar balik. Menatap tajam pria muda itu.

Anash menyengir, "Oh iya lupa. Assalamualaikum, Om."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Ada apa kamu kemari?"

"Minta tanda tangan berkas yang kemarin," jawab Anash menyerahkan beberapa dokumen penting.

Abdar menatap dia sebentar sebelum menerima. "Kenapa nggak dari kemarin?"

"Baru gue selesai ngerjain ituu. Beruntung gue gercep, soalnya banyak yang perlu gue salin. Mana sendirian lagi ngerjainnya,"

"Oh." Jawab Abdar kemudian mulai melihat isi dokumen tersebut.

"Oh doang sialan," gumam Anash teramat pelan.

Fyi, soal undangan makan malam dari Bapak Abi Cakra kemarin mereka berdua telah menolaknya. Dikarenakan Abdar yang dari awal sudah tidak berminat, sedangkan Anash yang tak berani datang seorang diri. Alhasil sang sekretaris itu pun menghubungi nomor pribadi beliau untuk meminta maaf atas ketidakhadiran mereka. Dan Pak Abi tidak mempermasalahkan hal itu.

Bola mata Anash melihat beberapa buku, laptop, dan kertas berserakan di atas meja yang ada di depannya. Dia baru menyadari jika Bos-nya itu sedang mengerjakan tugas kuliah. Lebih tepatnya skripsi.

"Belum selesai juga?" tanyanya.

Abdar mendongak sebab tak mengerti apa maksud pria itu. Namun, di detik berikutnya ia mengerti arah pembicaraannya.

Ia menggeleng, "Dikit lagi."

"Butuh bantuan nggak?"

Tidak perlu heran mengapa Anash berani menawarkan diri seperti itu. Karena memang dirinya yang satu tahun lebih tua dari Abdar, dia sudah menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Yogyakarta, kota ia berasal.

Kepincut Cinta Marbot [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang