1 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

1.1K 85 4
                                    

Happy reading 💜


•••

Paris, French

"Quelle est la personne qui vous aime le plus?"

Translate: "siapa orang yang paling mencintaimu?"

"..."

"Kenapa diam, sayang?"

Gadis cantik itu tersenyum tipis. Duduk berdua bersama Clarissa kadang membuat ia tegang. Bukannya apa, mengobrol santai sambil menikmati secangkir teh hangat memang menyenangkan. Tapi itu tak berlaku, saat wanita berumur lewat dari setengah abad itu melontarkan pertanyaan-pertanyaan sulit.

Siapa orang yang paling mencintainya, ya?

"Rula?"

"Sudah tentu Gavin, Sasa." Jawabnya sambil tersenyum. Rula harus segera menjawab pertanyaan Clarissa atau wanita itu akan terus bertanya.

Clarissa kelihatan tak puas mendengar jawaban Rula.

"Dia memang mencintaimu. Namun yang kumaksud bukan cinta antar saudara seperti kalian."

"Jadi?"

"Ah, jangan pura-pura bodoh, Rula. Kau tahu apa maksudnya."

Rula tertawa. Terhibur melihat ekspresi cemberut di wajah Clarissa yang tak lagi muda. Wanita itu memang terkadang bisa begitu kekanakan. Namun Rula tak akan pernah merasa keberatan menghadapinya.

"Orang tuaku."

"Gadis bodoh ini!!"

Rula kembali tertawa, kali ini lebih keras. Rula sampai harus meletakkan kertas dan pensil yang tadi ia gunakan untuk menggambar. Kertas itu berisi sketsa gaun yang hampir jadi. Rula meraih cangkir teh dan menyesapnya pelan, dengan senyum yang belum pudar.

"Mungkin... Ada."

"Benarkah?!"

"Mungkin juga tidak."

"Kau!"

"Jangan terlalu penasaran, Sasa. Tidak baik bagi kesehatanmu."

"Apa hubungannya?!"

Clarissa benar-benar tak habis pikir dengan Rula. Rula itu gadis yang cantik. Di umurnya yang menginjak angka 26 tahun, harusnya Rula mulai memikirkan tentang hubungan kan? Jika terlalu sulit menikah, setidaknya milikilah pacar!

Tapi dari pada berkencan dengan seorang pria, Rula malah lebih betah menghabiskan waktu dengan setumpuk kain, jarum, benang, pensil, kertas, dan hal-hal membosankan lainnya! Clarissa sungguh menyayangkan masa muda gadis ini.

"Libur saja besok dan pergilah mencari pria tampan."

"Aku lebih tertarik menjahit pakaian pria tampan."

"Sekalian kencani pria tampannya."

"Tidak tertarik."

Clarissa mendesah frustasi. Kepalanya mulai pening. Mungkin karena terlalu kesal. Wanita itu memilih menenangkan diri dengan teh hijau favoritnya.

Rula meletakkan cangkirnya dan kembali berkutat dengan gambar yang hampir jadi. Namun sebelumnya, gadis itu sempat menatap Clarissa yang tak lagi bersuara.

"Ada seseorang."

Clarissa mengalihkan pandangan dari cangkir menjadi ke arah Rula.

"Seseorang yang selalu memberikan apapun yang aku minta."

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang