36 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

1K 96 31
                                    

Happy reading 💜





"Permainan Arthur lebih rapi semenjak ada Rico."

Abima memandangi satu persatu pria yang kini sedang berada dalam ruang rapat khusus. Tak ada yang bersuara, karena Abima kini sedang menjelaskan biodata lengkap dari seorang Rico Arta Yolanda yang terpampang dalam proyektor.

"Rico menjadi tangan kanan sekaligus penanggung jawab kubu Zenrafos yang sampai sekarang masih setia pada Arthur."

"Kubu itu... Di dalamnya ada beberapa Phoenix kan?" Agha bersuara.

"Benar. Perkiraan gue, hampir seperempat dari kalian udah bergabung di kubu ini."

Aron mengebrak meja kuat-kuat. "Lo bisa dapatin nama mereka semua?"

"Sayangnya, mereka gak terdaftar secara langsung di kelompok ini. Nama mereka juga dirahasiakan. Tugas kalian adalah menebaknya sendiri."

"Jangan bercanda." Sadewa mendengus. "Terus gunanya Lo apa, kalau gak bisa dapatin nama mereka semua?"

Abima memejam sembari menghela nafas. Dirinya tahu hal ini tak akan semudah yang ia bayangkan.

"Gue dan Rafa masih usaha. Dan demi Tuhan, gue beberapa tahun lebih tua dari Lo! Yang sopan dong."

Agha berdehem. Sementara Aron dan Raldo tengah berusaha menahan tawa mati-matian. Melihat wajah Sadewa yang memerah entah karena malu atau kesal.

Abima mendelik puas sebelum melanjutkan pekerjaannya.

"Selama 3 tahun pertama, beberapa anggota Phoenix nyerang Zanita dan Reza. Gue nyimpan nama-nama mereka. Hanya saja mereka pakai nama rahasia dan kebanyakan mereka udah cacat. Gue udah ngirim foto mereka ke Rafa. Sebentar lagi kita bakal tahu orang-orangnya dan mungkin ini bisa jadi petunjuk buat cari orang lain yang terlibat."

"Cacat? Maksudnya?" Bingung Agha.

"Lidah mereka terpotong."

Layar proyektor menampilkan berbagai foto laki-laki dalam keadaan menutup mata dengan luka-luka serius. Raldo sampai berdecak saat melihatnya. Dan memang benar, bagian dalam mulut mereka cacat.

"Semua itu hasil kerjaan Aa Eja?"

"No. Mereka udah cacat dari sananya. Gue dapat hasil foto mereka saat udah gak bernyawa."

Aron menghela nafas. "sebuah tanda tanya besar dia gak ketangkap di sini."

Serentak para pria yang mengisi ruangan itu menoleh pada Abima. Abima tersenyum amat lebar. Dan itu lebih ditujukan pada si ketua yang berwajah adonis di sana.

"Rugi tenaga dan materi nih gue. Aneh gak sih kalau perbuatan 'baik' gue ini gak diapresiasi?"

Enzi mendecih. "Sejak awal Lo lakuin ini bukan tanpa alasan kan?"

"Insting. Gue rasa ngebantu Reza and the Queen bisa investasi masa depan."

Inti Phoenix kehilangan kata-kata. Mereka mengira bahwa Abima membantu Reza selama ini adalah karena rasa tanggung jawab bahwa Reza pernah menjadi anak dari orang yang ia layani. Ternyata, jalan pikiran lelaki bernama samaran KO itu lebih aneh. Insting dia bilang? Investasi? Inti Phoenix memuji keberanian Abima.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang