53 || Zanita [The Queen of Phoenix]

558 39 7
                                    

Happy reading guys






PLAKKK!

"Apa yang kau lakukan selama ini hanya bermain rupanya."

Arta Rico Yolanda menelan ludah. Keringat dingin mengalir di dahi pria 26 tahun itu. Posisinya sejak sejam lalu tak bergeser dari hadapan seseorang yang memiliki kekuasaan penuh atas nyawanya. Tamparan yang ia terima membuat seluruh tubuhnya bergetar samar.

Tak jauh berbeda, Mr. Narendra yang adalah ayah kandung Rico juga berdiri di sampingnya dengan wajah pucat pasi.

Di hadapan keduanya terdapat sosok Arthur Irawan. Lelaki tua yang penuh wibawa serta tak diragukan lagi kekuasaannya.

Setelah melampiaskan amarah yang membuat ujung bibir Rico memar berdarah lelaki itu kembali mendudukkan diri di balik meja kerja.

"Jawab. Bagaimana kau akan mengatasi masalah ini sekarang?"

Suara Arthur tetap berada dalam intonasi rendah cenderung datar. Namun itu semua tak memudarkan hawa tegang yang telah menguasai atmosfer ruang kerja pria itu. Arthur jelas lebih dari marah, ia murka.

Rico sampai harus terbang dari Prancis setelah mendengar kabar mengejutkan.

Keluarga Narendra beserta beberapa pendukung mereka di dunia bawah mendeklarasikan pemutusan hubungan dengan Arthur. Hal itu telah terjadi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam dimana Arthur kehilangan lebih dari setengah kekuasaan dan dukungannya dalam pemerintahan Zenrafos.

Begitu menghadiri pertemuan rutin, dengan kata kata cemoohan berbalut bahasa baku dan formal, Darius Sinathrya mencetuskan pemutusan jabatan Arthur sebagai penasehat.

Arthur di tendang dari ruang pertemuan penuh penghinaan.

Masih tergambar jelas diingatnya senyum puas Rafano Zaren Erlangga yang hadir sebagai satu satunya pilar Erlangga menutupi absennya 4 pemuda lain ditambah sang raja.

"Jawab pertanyaanku."

Bukan kali pertama menghadapi kemarahan Arthur, Rico selalu berhasil menemukan celah untuk selamat. Namun kali ini ia ragu.

Rico akui, ia yang terlalu lambat bertindak sehingga tak memprediksi rencana Enzi.

Harusnya ia mulai curiga sejak cucu Arthur itu tak kelihatan ingin menghabisi Kinanti Narendra meski wanita itu menjadi dalang rencana pembunuhan Zanita. Enzi sialan licik sekali sehingga menggunakan Kinanti untuk menciptakan masalah ini dibanding langsung membunuhnya.

"Saya yakin dengan rencana kita, Tuan."

Arthur mendengus. Lelaki dengan rambut yang telah seluruhnya memutih itu mengumpat lirih dengan senyum bengis. Menatap Rico yang ia pikir sebagai senjata yang ampuh digunakan, malah kini menjadi kunci kehancurannya.

"Bagaimana bisa kau kehilangan putrimu sendiri?!"

Narendra gelagapan saat ditodongkan dengan pertanyaan itu. Tatapan tajam Arthur membuat aliran darahnya seolah berhenti.

"S-saya tidak menyangka bahwa anak itu... Bersama Erlangga. Sejak terpisah dari Tirta Januar, s-saya pikir ia sudah lama tewas."

"Bodoh!" Umpat Arthur kehilangan kesabaran.

Flora adalah kunci dibalik rencana mereka untuk membuat Rico menjadi pewaris. Narendra sebodoh apa sehingga lepas tangan saja tanpa melihat sendiri mayat anak itu?

Kinanti yang belasan tahun mencari sang putri kini menjadi alasan kehancuran mereka. Kinanti mempengaruhi ayahnya Darius untuk menyetujui kesepakatan yang diajukan Enzi.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang