17 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

807 64 2
                                    

Happy reading 💜













"Lo..."

Zanita hampir menjatuhkan kantung makanan dari tangannya jika saja Gina tak segera menahannya. Zanita cepat-cepat tersadar dan menguasai diri.

"Apa yang dilakukan Arkan Nicolas di sini?" Tanya Zanita dengan nada sarkas.

Pria berjaket biru yang baru saja keluar dari mobilnya itu tampak membuka kacamata yang bertengger di hidungnya. Benar. Arkan Nicolas yang wajahnya masih diingat Zanita kini tengah berada di hadapannya.

Arkan mendekati Zanita dengan ekspresi wajah yang tak mampu ditebak.

"Zanita, bisa kita bicara?"

Zanita membulatkan mata. Diliriknya Gina yang kini tampak bingung dengan situasi yang terjadi. Zanita meminta Gina mengambil alih makanan yang ia pegang.

"Tolong bawa makanannya. Aku harus menyelesaikan sedikit masalah di sini."

"Kau akan baik-baik saja?"

"Tentu. Jangan khawatir, aku akan kembali secepatnya."

Gina tak punya pilihan selain menuruti permintaan Zanita. Gadis itu sempat melirik ke arah Arkan sebelum akhirnya beranjak. Sementara Zanita kini masih berhadapan dengan Arkan.

"Mari cari tempat yang pantas untuk bicara." Ujar Arkan.

•••

"Apa yang Lo inginkan dari gue?"

Keduanya tengah berada di salah satu cafe yang masih sepi. Zanita sejak tadi sudah risih duduk berhadapan dengan Arkan. Namun Arkan pura-pura tak menyadari dan malah membuang waktu dengan memesan minuman.

Kini setelah pesanan mereka sampai, Arkan masih tak kunjung angkat suara. Zanita merasa kesabarannya terkikis di setiap detiknya.

"Bagaimana Lo bisa temuin gue?"

"Patricia adalah sepupu saya. Saya mengenali kamu setelah Patricia bercerita soal gaunnya."

Zanita tak menyangka. Tapi sikap Arkan Nicolas padanya dulu masih begitu ia ingat. Arkan sangat membencinya. Sekarang mengapa pria itu tampak santai saat mengajaknya berbicara?

"Jadi, apa mau Lo?"

Arkan membasahi bibirnya dengan pandangan gugup menatap Zanita.

"Saya... Ingin meminta bantuan."

Zanita masih menahan diri. Dia baru akan mempertimbangkan akan tertawa atau tidak setelah mendengar lanjutan dari perkataan Arkan.

"Ini soal Evelyn. Evelyn sekarang menjalin hubungan dengan Enzi Kaivan Arkananta."

Akhirnya, Zanita tertawa miris. Gadis itu menunduk dengan kedua tangan terkepal. Usahanya seminggu ini untuk bersikap acuh digagalkan hanya karena satu kalimat dari Arkan.

Rasa sakit dan putus asa yang bersarang dalam hati perlahan muncul. Sangat menyiksa. Zanita tak mungkin lupa. Meski ia mencoba baik-baik saja, Zanita ingat di setiap detik matanya melihat kedua orang itu bersama.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang