33 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

888 94 28
                                    

Happy reading 💜













Selepas makan siang Zanita harus terima dirinya ditinggal sebentar oleh Enzi. Juga Reza dan Haidar. Ketiganya seperti akan membahas hal penting. Sayangnya ia tak diizinkan bergabung.

Sebagai gantinya, Zanita dibebaskan berkeliling sesuka hati. Gadis dalam balutan gaun hangat itu kini berjalan di pekarangan villa sambil bersenandung kecil. Tentu di temani beberapa pelayan. Zanita tak ambil pusing. Ia lebih tertarik menikmati pemandangan pekarangan yang berwarna putih akibat turun salju. Selama tinggal di Paris, Zanita belum pernah melihat salju sebanyak ini. Mungkin karena dia berada di pusat kota. Sementara tempat itu jauh dari pusat kota dan lebih dekat dengan perkebunan.

Zanita menemukan fakta bahwa villa ini berdekatan dengan perkebunan anggur. Perkebunan anggur yang sangat luas. Zanita tertarik mengunjunginya. Di sana juga terdapat beberapa pekerja kebun.

Jarak antar perkebunan cukup jauh dari villa. Namun Zanita tak keberatan karena pemandangan sekitar mampu memanjakan matanya.

Selama di perjalanan, Zanita melipat tangan agar sedikit menghalau dingin.

"Perkebunan ini milik siapa?" Tanya gadis itu.

Butler Cheng, sebagai salah satu pelayan yang menemani nona muda itu berkeliling tampak tersenyum formal sebelum menjawab.

"Semua ini milik Mr. Enzi, nona." Zanita sudah menebaknya.

"Enzi membuka bisnis anggur?"

"Sebenarnya, villa ini adalah milik tuan besar. Yaitu Ayah Mr. Enzi. Beliau membeli lahan dan membuat perkebunan anggur demi mendapatkan wine terbaik untuk nyonya besar, Ibu Mr. Enzi. Sekarang bisnis beliau jatuh ke tangan putra tunggal mereka."

Zanita mengangguk paham. Sedikit tak menduga bahwa tempat ini ada sangkut pautnya dengan orang tua Enzi. Jujur, Zanita penasaran. Tak ada informasi apapun mengenai mereka. Seolah mereka tak ada.

"Paman Cheng."

Pria tua itu tersenyum tipis sambil melihat Zanita yang kini berjalan secara mundur. Gadis itu tampak sangat cantik dengan latar salju putih dan perkebunan anggur. Dengan mata rentanya Butler Cheng mengagumi keindahan gadis itu yang bak peri. Siapapun yang berada di dekatnya akan merasa hangat. Juga, nyaman.

Mereka sangat berbanding terbalik.

"Hati-hati, nona." Seru beberapa pelayan saat melihat Zanita yang berjalan mundur demi menghadap pada mereka.

Zanita tersenyum cerah.

"Paman Cheng!" Panggil gadis itu sekali lagi.

"Ya, nona."

"Sudah berapa lama Anda bekerja di sini?"

"Hampir 30 tahun, nona."

"Woah lama banget." Zanita meringis kecil saat tak sengaja menggunakan bahasa Indonesia. Tampak jelas raut kebingungan para pelayan.

"Berarti Paman mengenal kedua orang tua Enzi?"

Butler Cheng tak menjawab. Zanita semakin penasaran.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang