55 || Zanita [The Queen of Phoenix]

453 30 3
                                    

Happy reading guys













S

udah sehari Rafa dan Flora menginap di villa. Dan dalam waktu yang singkat itu, Zanita menjadi lebih akrab dengan Flora. Apalagi kini ditambah dengan Valencia. Valencia yang berkepribadian ceria tak membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dan menjalin pertemanan dengan Flora. Zanita berperan sebagai translator bagi keduanya. Mengingat, Flora belum lancar membaca gerak bibir orang yang menggunakan bahasa asing.

"Kau tahu, butik Clarissa mengeluarkan beberapa desain terbaru. Itu dress yang sangat indah. Kita harus ke sana untuk melihat!" Seru Valencia semangat.

Sore itu mereka menghabiskan waktu di taman belakang Villa. Musim dingin di Paris telah berlalu dan pemandangan di sana bukan main indahnya. Apalagi dengan danau buatan yang tak lagi membeku sementara senja menjadi latar belakang.

Zanita terdiam. Untuk kesekian kalinya dirinya teringat akan Clarissa. Sebenarnya mereka rutin berkirim pesan. Apalagi setelah ia resmi berhenti bekerja, yang bahkan pemutusan kontrak kerjanya diwakilkan oleh Reza.

Banyak yang mereka bahas. Dan Zanita sempat kesulitan untuk menjelaskan tentang keadaannya sekarang. Bagaimana Zanita bisa menjelaskan secara gamblang bahwa ia, terkurung?

Tersenyum kecut. Di meja bundar itu Valencia masih tak berhenti mengoceh dan mempromosikan gambar-gambar gaun pada Flora yang tampak tertarik.

Zanita meraih ponsel pemberian Enzi. Menatap ke arah aplikasi bertukar pesan yang minim, hanya berisi beberapa kontak saja. Inti Phoenix, Reza, Abima dan Valencia. Serta Clarissa yang kontaknya baru akhir-akhir ini ia dapatkan setelah banyak pertimbangan dari Enzi.

"Jadi, bagaimana Rula?"

Zanita menoleh saat Valencia menanyainya. Gadis itu jelas tahu jawabannya.

"Mungkin kau bisa pergi dengan Flora."

Valencia sontak mendengus. Flora yang tak paham bahasa Prancis bahkan tahu bahwa Zanita baru saja menolak dengan halus. Pertanyaan, kenapa gadis itu menolak?

"Ayolah. Sampai kapan kau harus terkurung di sini? Kau tahu, Rula. Aku mulai tak menyukai cara Mr. Enzi menekanmu. Kau seperti burung dalam sangkar emas."

Valencia tampak berapi-api. Dalam waktu singkat, suasana yang tadinya hangat berubah tegang. Zanita cukup kaget mendengar rangkaian kata yang diucapkan Valencia. Ia tak menyangka kekasih Reza itu ternyata menyimpan rasa kesal terhadap Enzi.

Valencia selalu berusaha maklum saat Zanita tak pernah diizinkan keluar dari Villa. Reza hanya berkata saat ini adalah waktu-waktu krusial di mana keamanan Zanita diperketat. Apalagi saat berhadapan dengan Enzi, Valencia sadar bahwa aura yang dimiliki lelaki itu sialan mampu membuatnya menahan bentuk protes.

Bahkan keamanan keluarga paling berpengaruh di kota ini kalah dengan keamanan villa. Penjaga di pintu masuk. Pengawal yang senantiasa berpatroli. Puluhan kamera pengawas. Bahkan keberadaan Gina yang 24 jam ada di samping Zanita membuat Valencia dongkol setengah mati.

Zanita bak berlian mahal yang dijaga ketat oleh Enzi. Tapi Valencia lebih suka menyebut Zanita dikurung seolah Zanita alergi matahari.

"Maaf, Valen."

Permohonan maaf Zanita membuat wajah Valencia melunak.

"Ah, Rula. Kenapa kau harus meminta maaf?"

Zanita hanya menggeleng. Gadis itu menunduk. Jemari lentiknya memainkan pinggiran gelas teh. Zanita menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi sendu. Andai Valencia tahu bahaya apa yang mungkin mengintai, bila Zanita keluar dari Villa.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang