19 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

827 75 6
                                    

Happy reading 💜













"Awhhh..."

Zanita meringis. Telunjuknya tanpa sengaja mengenai jarum pentul yang ingin ia gunakan untuk merekatkan pola gaun. Darah segar menetes dari luka itu. Namun Zanita masih fokus melihat televisi yang menayangkan berita terkini.

"Seorang pria berumur akhir 20-an ditemukan tergeletak tak bernyawa di tengah jalan XX akibat kecelakaan mobil. Diketahui korban tewas akibat tertabrak saat ingin menyeberang dengan sepedanya. Pelaku tabrak melarikan diri usai korban tewas. Polisi sampai saat ini masih menyelusuri jej-"

"Rula!"

Zanita tersentak kecil. Tangannya berada dalam genggaman Reza. Pria itu tampak khawatir melihat luka yang terdapat di sana.

"Ketusuk lagi? Kenapa Lo gak bisa gak ceroboh sehari aja, hah?"

Zanita tak membalas. Netranya hanya memperhatikan Reza yang segera berlari ke dalam kamar. Pria itu baru saja pulang, tapi harus dibuat repot olehnya. Zanita menunduk. Memperhatikan lukanya yang tak berhenti mengeluarkan darah.

Aneh. Zanita seolah tak merasakan apapun. Ia kira itu hanya luka kecil. Nyatanya, jarum pentul tadi menggores jarinya cukup dalam sampai mengenai kuku. Zanita membasahi bibirnya yang mendadak kering. Ia tak mungkin mati rasa kan?

"Sini!"

Reza menarik Zanita agar berdiri dan mengikutinya ke arah dapur. Gadis itu tersentak kecil saat tangannya terkena air keran. Reza lalu mengeringkan lukanya dengan sapu tangan. Menarik Zanita duduk di meja makan sambil membuka kotak obat yang tadi ia bawa.

"Mata Lo kemana hah? Ilang fungsinya? Kenapa Lo gak bisa hati-hati? Lain kali Lo bisa aja motong tangan Lo sendiri!"

Kali ini sudut bibir Zanita sedikit tertarik. Reza mengomel namun masih dengan telaten merawat lukanya. Reza memang berlebihan jika ia terluka. Selalu menyalahkan Zanita yang ceroboh. Zanita tak menyangkal.

"Sakit?"

Pertanyaan Reza membuat lengkungan bibir Zanita menghilang. Zanita menarik tangannya yang telah terpasang plester.

"Aku gak sadar tadinya."

"Apa artinya itu?"

"Gak sakit."

Reza menghela nafasnya. Duduk di salah satu kursi, Reza masih tak melepas pandangan pada Zanita.

"Lo ada masalah?"

"Iya."

Reza membelalakkan mata. Dengan wajah yang telah menegang ia menanti ucapan Zanita lebih lanjut. Zanita menatap Reza. Tampak agak gugup. Mereka satu sama lain tak diperbolehkan menyimpan rahasia. Itu hanya akan menyulitkan mereka nantinya.

"Kakak mungkin gak kenal. Tapi, tadi- aku ketemu Arkan."

"Arkan?"

Zanita menunduk tak berani bertatapan dengan Reza.

"E-Evelyn. Dia, dulu pacar Evelyn."

"Bicara lebih jelas, Rula." Suara Zanita terlalu kecil dan tersendat-sendat. Reza yang tak sabar spontan angkat suara dengan tegas.

"Arkan Nicolas, pacarnya Evelyn."

Rahang bawah Reza mengeras diikuti dengan tangan lelaki itu yang mengepal. Reza memejamkan mata guna mengontrol emosi.

"Apa yang kalian bicarain?"

"D-Dia awalnya kaget waktu tahu aku masih hidup. Dia ngomong soal hubungan Evelyn dengan- yah... Itu," Zanita semakin gugup. Tenggorokannya tercekat. Mata Zanita telah memanas.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang