60 || Zanita: [The Queen of Phoenix]

687 62 8
                                    

Happy reading 💜









Angin yang berhembus membawa hawa segar. Sejauh mata memandang terlihat hamparan perkebunan anggur yang tumbuh subur. Sang Surya tenggelam berganti tugas dengan rembulan. Menjadikan cakrala diwarnai gelap.

Musim dingin berakhir. Artinya bunga-bunga indah akan segera mekar. Serbuk bunga mulai tercium. Pohon-pohon yang tumbuh berjejer membentuk jalan menuju villa tampak bergoyang pelan diterpa angin.

Di rooftop Villa, lampu-lampu menghias teralis pembatas. Tinggi teralis yang hanya sebatas pinggang membuat pemandangan menakjubkan malam itu dengan mudah dapat terlihat.

Zanita menepuk kedua tangannya senang setelah meletakkan vas bunga mawar putih di atas meja. Meja yang letaknya pas berada di tengah. Diisi jamuan sederhana nan lezat. Dan dilengkapi dengan dua buah kursi yang berhadapan.

Zanita mengusap tengkuknya pelan. Tampak menggigit bibir bawah sambil berpikir. Memperhatikan sekitar yang menguarkan aura romantis. Dirinya tak berlebihan kan, menyiapkan semua ini untuk Enzi?

"Kenapa vibes-nya kayak mau ngelamar ya?" gumam Zanita sambil menggaruk kepala.

"Pfftt..."

Matanya membola terkejut. Reflek menoleh ke kiri tempat suara menahan tawa itu berasal. Rahang bawah Zanita jatuh. Menatap presensi Enzi yang tampak menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Wah, rencananya gagal.

Zanita memang sudah cantik dengan baby doll dress berwarna putih tulang. Rambutnya diikat tinggi menyisakan anakannya yang membelai hingga ke dagu. Tapi seolah mengejek penampilan cantiknya itu, kaki Zanita malah dibalut sandal rumahan berkarakter kelinci.

Zanita harusnya turun ke bawah untuk mengganti alas kaki sekaligus menyambut Enzi pulang. Namun rencananya itu gagal karena Enzi sudah ada di rooftop sekarang.

"Ini jam berapa sih?" Kesal Zanita sambil menghentakkan kaki.

Enzi tampak menawan meski penampilannya tak Serapi saat pergi. Jasnya tanggal menyisakan kemeja putih yang dua kancing teratasnya terbuka. Lelaki itu masih menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang bebas dari lingkupan lengan kemeja. Sebab kain itu sudah tergulung hingga siku.

Rambutnya acak-acakan hingga menutupi alis. Ia menegakkan badan. Menegaskan sosok pejantan tangguh yang sangat atletis. Sudut bibirnya berkedut menahan untuk tak tertarik.

Zanita mencibir saat Enzi dengan seenak jidat menyugar rambut ke atas menebar pesona secara gratis. Jika ada gadis lain yang melihat, Zanita jamin setidaknya mereka akan mimisan. Enzi dengan pesonanya yang semakin matang sialan begitu menggoda.

"How cute," Goda Enzi serak. Berjalan hingga tiba di hadapan Zanita. Sementara, gadis itu malah melengos.

"Jangan ketawa," ancam Zanita meski hal itu sia-sia. Seringai yang tergambar di wajah tampan Enzi lebih dari cukup membuat ia malu.

"Mau ngelamar ya, sayang?"

Sialan. Mata Zanita berubah setajam belati. Enzi terkekeh yang kali ini tak dapat ditutup-tutupi.

"Menurut ente?"

Enzi tertawa lepas. Gemas, dirinya meraih Zanita dengan cara mengalungi pinggang ramping gadis itu.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang