48 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

674 35 4
                                    

Happy reading 💜









"ARRRRGHHHHHH!"

PRANKKK...

BRUKKK...

BRAAKKKK.....

Mengerikan. Suara teriakan keras penuh kefrustasian terus terulang membuat suasana dalam kamar suite itu kacau balau. Benda-benda berjatuhan dan hancur. Dalam sekejap semuanya berantakan hingga membuat jijik.

Wanita dengan rambut acak-acakan kembali berteriak seolah memecahkan meja kaca di dekatnya belum cukup.

"BRENGSEKK.... ARGHHHH!!! GAK ADA YANG BERJALAN LANCAR. KALIAN GAK BECUS, SIALAN!"

Gino bergetar. Pria berkacamata dengan kemeja putih yang ternoda oleh cairan merah itu tertunduk dalam meski sekelilingnya penuh pecahan kaca dan barang-barang rusak lainnya. Wajahnya memucat dan banyak tergores luka akibat lemparan barang-barang yang dilakukan oleh sang majikan.

Siapa lagi kalau bukan Evelyn yang kalap telah membuat kamar suite hotel itu benar-benar hancur.

"To-tolong tenang—"

"DIAM LO BRENGSEKK... KERJAAN LO GAK BECUS. MASIH BERANI NGOMONG, HAH?!"

Rambut pirangnya berantakan. Wajahnya tampak mengerikan dengan maskara yang luntur. Gaun malam yang ia kenakan membuat penampilannya tampak lebih gelap.

Evelyn terus berteriak murka. Melampiaskan kemarahannya dengan membanting setiap barang yang ada di hadapannya.

Meja, guci, pajangan-pajangan hotel. Semuanya berubah menjadi rongsokan akibat santapan geram tangan Evelyn.

Semua ini terjadi sejak Gino mendapat laporan soal mata-mata yang mereka kirim. Tak hanya gagal meracuni Zanita, kini Sophie hilang tak berjejak seolah tak pernah terlahir.

Gino telah lama meyakini bahwa rencana mereka tak akan berhasil, sejak hilangnya komunikasi dengan mata-mata yang mereka kirim. Memangnya siapa yang bisa melawan keturunan Arkananta yang terkenal akan kekejamannya? Evelyn gelap mata karena melihat keberadaan seorang gadis di pesta pernikahan yang sempat ia hadiri.

Gadis itu seolah menekan tombol kewarasan Evelyn. Evelyn begitu bernafsu untuk membunuh gadis itu. Seolah melihat musuh bebuyutan.

PRANKKKK....

"Shh...."

Pipi Gino kembali tergores. Aroma Red wine yang menodai kemeja putihnya membuat keadaannya lebih menyedihkan. Evelyn baru saja melempar botol minuman tersebut tepat di hadapan Gino.

"BODOH! KEPARAT! KERJAAN LO GAK PERNAH BECUS, GINO!"

Pandangan Gino mulai berubah. Sejujurnya siapa yang tak akan kesal jika diperlakukan semena-mena? Ia mendongak dengan ekspresi datar. Menaruh kemarahan yang besar pada wanita di depannya.

Rasanya ia ingin berteriak. Menyadarkan siapa yang sesungguhnya pantas disebut bodoh.

Evelyn tak pernah mendengarkan sarannya dalam situasi apapun. Hanya memerintah seenak jidat tak peduli seberapa sulitnya bagi Gino.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang