39 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

1K 85 19
                                    

Happy reading 💜










1

2 orang pelayan, 7 lelaki dan 5 wanita. Abima menatap keseluruhan pelayan yang bekerja di villa milik Enzi itu dengan saksama. Raldo dan Sadewa yang berdiri di belakangnya turut memperhatikan.

"Lo yakin ini udah semua, Sad?" Tanya Abima. Sadewa meliriknya jengah.

"Yaiya lah. Mau Lo gimana lagi? Harus ada seribu orang gitu?"

"Gak gitu juga, cuma gue heran aja villa Segede ini pelayannya gak nyampe 20."

"20 orang buat apa? Enzi jarang datang ke sini. Tugas mereka cuma bersih-bersih doang. Kerjanya gak sampe 24 jam. Kecuali koki, mereka pulang jam 4 sore."

"Koki emangnya kerja sampe jam berapa?"

"Setiap waktu makan doang. Habis kerja ya pulang."

"Mencurigakan banget. Kenapa mereka gak di panggil ke sini juga?"

Sadewa meroling matanya malas. Abima masih menanti pertanyaannya di jawab karena ia benar-benar penasaran.

"Koki keluarga Arkananta orang-orang khusus. Arkananta punya semacam sistem di mana koki keluarga itu di seleksi ketat bahkan semuanya dari akademi yang sama. Kerahasiaannya terjaga dan yang pasti mereka gak bakal macam-macam karena terikat perjanjian."

"Abima banyak tanya. Apa dia mau ngelamar jadi koki ya?" Celutuk Raldo. Abima mendelik ke arahnya langsung.

"Ya kali!"

Abima gemas ingin menendang Raldo. Pria itu malah tersenyum lebar seolah tanpa dosa. Abima heran, baru beberapa hari saling mengenal, rasanya dia haru menyiapkan lebih banyak stok kesabaran. Mereka lebih susah ditangani dibandingkan Reza, padahal mereka sebaya.

"Maksud gue itu, bukannya mereka lebih mencurigakan? Yang kita lawan sekarang kan yang marga Arkananta juga. Pendirinya malah. Satu perintah aja dari dia, kelar!"

Kening Sadewa sontak berkerut. "Heh, cari dulu tikus gotnya di antara mereka," ia menunjuk jejeran pelayan.

"Kalau gak ada baru curigain yang lain. Ribet banget." Tambahnya.

"Ck. Masalahnya, gak ada di antara para pelayan ini yang gue rasa familiar. Berarti bukan mereka dong."

"Ini sebenarnya, kita lagi nyari siapa sih?" Timbrung Raldo sambil menggaruk kepalanya.

Abima dan Sadewa kompak menoleh padanya. Dengan mata melotot.

"Lo ngapain aja pas rapat, njir?! Gak denger kalau kita lagi nyari orang yang naruh penyadap di kamarnya Enzi?"

Raldo mengangguk paham. "Gitu ya, dewa? Kok gue gak tahu?"

"Kemarin Lo ke mana aja?! Abima sendiri yang lihat pas malam-malam ada yang keluar dari kamar Enzi pas dia nge-cek CCTV! Sumpah ya, besok-besok Lo jangan ikut rapat lagi. Kuping sama otak Lo bermasalah. Kita sibuk nyusun strategi buat ngalahin si Arthur Lo malah bengong kayak kucing nahan berak. Gak guna!"

Raldo berkaca-kaca. Komentar Sadewa sungguh sangat pedas hingga ia tersinggung. Bibir bawahnya maju, sementara iris matanya bergetar. Raldo bangkit berdiri dan pergi sambil menghentakkan kakinya.

Abima speechless. Melirik Sadewa yang tampak tak merasa bersalah.

"Lo—"

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang