24 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

1K 85 3
                                    

Happy reading 💜












Keluar dari ruang minimalis tempat membersihkan diri, pria dalam balutan kaos hitam di padu celana cargo panjang itu sibuk mengusap rambutnya dengan handuk kecil. Setelah cukup kering, dengan santai disampirkan handuk itu pada sandaran sofa. Sementara ia duduk di atasnya.

Reza berada di rumah setelah pulang dari bioskop. Valencia yang meninggalkannya usai pertengkaran mereka masih terbayang. Reza memijat keningnya yang kembali berdenyut saat memikirkan tangis Valencia.

Reza mencoba melihat dari sudut pandang Valencia dan ia mengaku bahwa dirinya memang salah. Andai ia bisa lebih menghargai waktu yang mereka habiskan, Valencia tak akan marah padanya. Terlebih, Reza tak akan membuat gadis yang selalu ceria itu sampai mengeluarkan air mata.

Semua ini karena ia terlalu mengkhawatirkan Zanita.

Tiba-tiba Reza tersentak. Benar, Zanita!

Ia terlalu kalut saat pulang dan langsung membersihkan diri. Reza belum mengecek apakah gadis itu benar-benar berbeda di rumah.

Tanpa buang waktu lagi, Reza beranjak. Berada di depan pintu kamar Zanita dan mengetuknya.

"Rula?"

Tok... Tok... Tok...

Reza menajamkan pendengaran. Suasana rumah mereka terlalu sunyi. Jantungnya berdetak kencang. Dalam satu sentakan, Reza membuka pintu kamar Zanita.

"Rula!"

Kosong. Reza mengumpat.

Tiba-tiba.

Srettt....

Dor!

Bau mesiu tercium pekat. Jendela kamar Zanita pecah berkeping-keping hingga menimbulkan bunyi nyaring. Reza mengerang keras atas goresan timah panas yang entah datang dari mana. Darah di lengan atasnya merebak. Reza melempar dirinya untuk tiarap.

"Brengsek."

Mata Reza menangkap keberadaan sniper yang berada di atas balkon rumah kosong di seberang sana. Tampaknya mereka telah menunggu saat di mana seseorang membuka pintu kamar. Posisi yang strategis dapat langsung membuat mereka membidik jantung target mereka.

Beruntung, Reza tangkas dalam menghindar. Meski lengan atasnya harus terkoyak.

"Sial! Sial!"

Reza merangkak keluar dari kamar. Hujan peluru berdatangan memecah seluruh jendela. Reza bersyukur Zanita tak ada. Situasi ini sudah terlalu parah dari berbagai teror yang mereka alami. Terlebih, Reza takut Zanita akan mengalami serangan panik.

Telah jelas siapa pelaku dari serangan ini. Siapa lagi yang mengharapkan kematian mereka selain Arthur Irawan.

Keberadaan mereka terendus.

Reza memutar otak untuk keluar dari bahaya sementara tubuh tegapnya berlindung di bawah meja. Reza tebak sekeliling kompleks perumahan mereka telah di amankan. Terbukti suasana sekitar yang tak terdengar satupun tanda kehidupan selain tembakan peluru.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang