50 || Zanita [The Queen of Phoenix]

738 49 19
                                    

Happy reading 💜









"Hati-hati di jalan."

"Ya. Sampai jumpa, Rula!"

Zanita terus melambaikan tangan sampai mobil yang dikendarai Reza keluar dari pekarangan Villa. Ia terkekeh begitu melihat kepala Valencia yang masih menjulur keluar kaca mobil penumpang depan. Zanita yakin kalau Reza tak berteriak khawatir, Valencia akan tetap mempertahankan posisi itu sampai ujung jalan.

Siang ini Valencia harus menghadiri meeting dengan kliennya. Sementara Reza yang awalnya bekerja, pulang saat mendekati jam makan siang untuk menjemput kekasihnya sekaligus mengantarnya meeting.

Semenjak menjalin hubungan, sesibuk apapun Reza, ia akan tetap mengusahakan agar Valencia tak bepergian seorang diri. Entah apa sebabnya, Reza bahkan tak mempercayai satu pun bodyguard suruhan ayah Valencia maupun pengawal terlatih Enzi—yang sudah ditawarkan untuk menjaga dan mengantar Valencia ke manapun ia pergi.

Mobil keduanya sudah tak terlihat. Zanita menghela nafas panjang dengan senyum yang perlahan memudar. Ia berbalik masuk ke dalam villa, untuk kemudian dihadapkan kembali dengan suasana sepi senyap.

Dia kembali kesepian. Padahal baru semalam ia merasa memiliki teman berkat keberadaan Valencia. Siang ini kekasih dari kakaknya itu harus kembali ke rutinitasnya sebagai seorang wanita karir.

Tanpa sadar, Zanita mulai membandingkan kehidupannya dengan Valencia. Valencia seorang wanita karir dengan pendidikan tinggi. Sementara ia bahkan tak memiliki ijazah sekolah menengah atas. Dulu ia tak begitu memusingkan hal itu lagi semenjak diterima bekerja di butik Clarissa. Tetapi kehidupannya yang terkurung di sangkar emas membuat pikiran itu kembali muncul ke permukaan.

Setibanya ia di Indonesia, apa yang akan dia lakukan?

"Queen."

Zanita tersentak. Panggilan itu membuat ia tersadar dari lamunan. Sepasang lengan kekar baru saja mengelilingi pinggangnya. Wajah pria dengan iris mata tajam sewarna onyx bersandar nyaman di pundak sempitnya.

Enzi masih dalam balutan setelan kerja. Lengannya yang memeluk Zanita dari belakang membuat gadis itu terpaksa menghentikan langkah yang hampir menaiki tangga menuju lantai atas.

Zanita tersenyum tipis, "pulang buat makan siang?" tanyanya pada Enzi.

Lelaki itu menggeleng, "kangen," katanya singkat.

"Mereka udah pergi?"

"Kak Eja sama Valen? Iya. Baru aja."

Zanita berbalik dan dengan baik hatinya mulai membuka simpul dasi Enzi. Enzi tak mempermasalahkan dan hanya menumpukan kening di bahu Zanita. Sebelah tangannya kembali melakukan kebiasaannya, memainkan rambut halus Zanita.

Tak hanya dasi, kini jas biru gelap Enzi pun telah berada di tangan Zanita. Gadis itu mengecup pipi Enzi sekilas.

"Mau balik lagi ke kantor?" Tanya Zanita lembut.

"Gak." Jawaban Enzi itu terlalu cepat di sampaikan membuat sang gadis lantas menghela nafas maklum.

"Mandi dulu, gih. Aku masakin makan siang."

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang