Happy reading 💜
Markas pusat Zenrafos, at 22.00 pm
"Dengan ini, jabatan serta hak Arthur Irawan Arkananta sebagai bagian dari tetua Zenrafos resmi dicabut."
Arthur kehilangan kekuatan dan juga pengaruh. Dipecat secara tak terhormat. Putusan pengadilan dalam rapat besar yang diadakan kini tak dapat dibantah. Seluruh properti, organisasi, pasukan bahkan nama dan martabat yang ia miliki selama hidup mengabdikan diri pada Zenrafos telah musnah.
Luasnya ruang rapat tertutup yang dipenuhi pilar-pilar Zenrafos hening. Terisi aura dingin serta tegang yang menekan.
Di singgasana bertabur emas, duduk sang raja dengan ekspresi kaku. Pandangan mata sedingin es. Memancarkan wibawa serta kekuasaan tak terbantah.
Suaranya yang baru saja menjatuhkan hukuman bergema di seluruh aula. Membuat ribuan kepala yang hadir menunduk patuh. Menebar teror di setiap aliran darah.
Enzi menatap ke depan. Tepat pada seorang pria paruh baya yang duduk tanpa menundukkan kepala seperti halnya yang lain.
Arthur Irawan yang duduk di bangku tersangka itu balas menatap sang cucu. Tak ada ekspresi berarti yang terpancar. Selama mendengar kelanjutan dari putusan pengadilan juga jumlah kompensasi yang harus ia bayar, Arthur meremat pelan tongkat yang ia pegang.
Hukuman yang ia terima berasal dari berbagai kesalahan yang telah Enzi kumpulkan sejak lama.
Arthur mungkin bisa lepas dari membayar dosa atas kejatuhan keluarga Zenrafos yang asli. Membunuh Jhonatan bahkan Vivian, merampas hak Reza, serta membuat Zanita pergi darinya.
Tapi Arthur tidak bisa lepas dari membayar dosa atas Memonopoli keluarga berpengaruh, Memecah belah pasukan istimewa Phoenix, serta membangun organisasi pasukan berani mati dengan merampas nyawa putri dan menantunya.
Pembantaian Zenrafos merupakan kesalahan yang tak dapat diungkit sebab akan menganggu kestabilan dunia bawah. Bisa terjadi peperangan antar 6 pilar utama. Arkananta, Cakrala, Hanasta, Kastawa, Erlangga dan Artapjaya.
Namun, di era kepemimpinan Enzi, Phoenix menjadi pasukan istimewa yang kendalinya hanya boleh dipegang oleh sang Raja. Seolah belum cukup, Arthur turut memonopoli beberapa keluarga berpengaruh untuk memperkuat pengaruh. Contohnya Narendra.
Dan, belakangan juga terbukti bahwa organisasi pasukan berani mati yang ia pimpin ternyata berdiri dengan kekuasaan Dananjaya. Yang pemimpinnya telah disingkirkan. Ezri Dananjaya, menantunya sendiri.
Dengan kekuasaan sebesar itu, Arthur dituduh sebagai pelaku kudeta. Pengkhianat yang ingin menentang kekuasaan kerajaan Zenrafos.
Di saat Enzi sendiri tahu, bahwa kerajaan Zenrafos adalah mimpi terbesar Arthur.
Balasan yang tepat untuk memangkas habis harga diri Arthur Irawan. Yang bermain curang dengan menuduh Jhonatan sebagai pengkhianat. Kini dia dianggap sama, bahkan lebih rendah.
Arthur tersenyum tipis. Tak menyangka sang cucu berbalik menodongkan senjata. Melepas tangan atas semua perbuatan yang semata ia lakukan demi membantu Enzi berkuasa. Sungguh ironi.
Di sisi lain, kelima pemuda yang duduk sebagai pemimpin keluarga masing-masing, tengah berusaha keras menahan diri untuk tak meledak oleh euphoria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zanita : [The Queen of Phoenix]
RandomJika ada yang bertanya pada Zanita, apa hal yang paling ia sesali dalam hidupnya, maka Zanita akan menjawab, bahwa meninggalkan cintanya adalah penyesalan terbesar yang ia punya. Takdir seolah mempermainkan. Bagi gadis penuh luka sepertinya, Enzi ad...