42 || Zanita [The Queen of Phoenix]

871 89 41
                                    

Happy reading 💜











Mobil itu melaju cepat membelah jalan perkotaan Paris yang indah. Para pejalan kaki mulai menyusut tak seramai biasanya. Mengingat musim dingin yang telah menguasai.

Matahari telah terbenam dan lampu-lampu kota mulai dinyalakan. Dekorasi khas Natal terpasang di gedung-gedung yang mereka lewati.

Reza menurunkan kaca mobil saat mereka melewati sebuah toko kue.

"Agha, berhenti."

Agha melirik sekilas kemudian menepikan mobilnya. Raldo, Aron dan Sadewa yang menghuni bangku belakang mobil sontak memandang Reza yang keluar dari mobil dengan pandangan heran.

"Lo mau ke mana, woi?!" Teriak Sadewa.

Reza menunjuk toko kue yang lumayan ramai itu dengan jempolnya.

"Buat Rula." Ujarnya sambil lalu. Inti Phoenix yang masih memandangi punggungnya lantas paham apa yang ingin dilakukan Reza.

"Rula itu, nama barunya Zanita kan?" Tanya Aron retoris.

"Menurut Lo, kenapa si Reza gak pernah nyebut nama Zanita sekalipun?"

Sadewa mengedikan bahu. Malas berpikir. Sebenarnya ia sedang sibuk dengan ponselnya yang menampilkan ruang percakapan dengan seseorang yang jauh di sana.

Raldo saling tatap dengan Agha. Entah apa yang mereka pikirkan. Sementara di sisi lain, Reza telah memasuki toko kue yang selalu menjadi favorit Zanita.

Ia tahu bahwa Zanita sedang kesal. Alasannya karena gadis itu tak dilibatkan sedikitpun dalam rencana mereka. Ia memahami perasaan Zanita. Tetapi itu tak serta merta membuatnya setuju untuk melibatkan Zanita. Terlalu berbahaya.

Reza harus meyakinkan Zanita bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan itu bisa dimulai dengan tindakan sederhana macam memberikan kue ataupun beberapa macaron di toko langganan mereka. Reza yakin bahwa makanan manis akan membuat suasana hati Zanita sedikit membaik.

Reza menuju kasir setelah mendapatkan beberapa kue manis kesukaan Zanita. Saat kemudian ia merasa bahwa bagian bawah mantelnya di tarik oleh seseorang.

Ia berbalik dan sedikit terkejut saat menemukan keberadaan orang yang menarik mantelnya itu.

"Valencia?"

Gadis yang mengikat tinggi rambutnya itu tampak berkaca-kaca saat menatap Reza.

"G-Gav, kau ke mana saja, hah?!" Suara Valencia terdengar bergetar. Ia menarik Reza menuju area yang lebih sepi dengan perasaan meluap-luap.

"Kau benar-benar! A-Aku... Ughh hiks..."

Valencia terlihat hampir tak mampu mengendalikan diri. Setetes air mata meluncur mulus di pipinya. Reza kelabakan namun terlalu bingung harus berbuat apa.

Lelaki yang benar-benar payah soal wanita itu menepuk pelan punggung Valencia berharap ia dapat berhenti terisak.

"Maafkan aku." Ucap Reza.

Valencia menggeleng, "aku pergi ke rumahmu. Dan itu, kosong. Aku pikir... Kau telah meninggalkan Paris, sebelum aku sempat meminta maaf."

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang