37 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

1K 96 8
                                    

Happy reading 💜




Tidurnya mulai terusik. Ia menggeliat pelan sembari mengangkat kelopak mata. Cahaya yang masuk membuat ia mengerjab beberapa kali. Menyesuaikan cahaya yang menusuk retina.

Oh tidak, rasanya kepalanya akan pecah. Mengapa ia merasakan denyut menyakitkan?

"Shh... Awwh!"

Perlahan bangkit, Zanita yang baru mengumpulkan kesadaran itu menoleh ke sana kemari mencoba untuk mengenali tempat ia berada saat ini.

Kamar Enzi.

Zanita terdiam sebentar. Rasa berdenyut di kepalanya ia abaikan. Perlahan namun pasti, iris sewarna coklat muda itu melebar.

"Kamu harus hentiin aku."

"Zanita setidaknya dorong aku, hm."

"Jangan menyesal setelah ini, ya?"

"Gila!"

Zanita menunduk secepat mungkin, tak peduli kepalanya bertambah pening, untuk mengecek kondisi tubuhnya.

Bajunya lengkap. Tapi telah berganti.

Mendadak Zanita merasa mual.

Kakinya berlari cepat ke arah kamar mandi. Zanita menahan gejolak perutnya yang seolah diaduk. Tiba di toilet, gadis itu segera menunduk.

"Hueekkk!!!"

Tap...

Tap...

Tap...

Langkah kaki yang tenang namun mantap itu tak begitu diperhatikan oleh Zanita yang sibuk mengeluarkan isi perut. Zanita merasa sebuah tangan baru saja merapikan rambutnya. Membawa Surai coklat sepinggganya dalam satu genggaman di susul pijatan-pijatan lembut di are tengkuk.

Zanita rasa perutnya telah kosong. Sebelum tersadar sepenuhnya, tiba-tiba ia telah dituntun untuk berdiri.

Ia berbalik dan menemukan wajah datar Enzi yang tengah menatapnya.

Zanita kehilangan kata-kata.

Pria itu kelihatan menaikan sebelah alisnya sebelum mendorong tubuh Zanita lembut untuk berjalan. Mengarah ke arah wastafel dan membalik tubuh Zanita menghadapnya. Zanita melihat ke arah cermin di mana ia berada dalam kungkungan tubuh tegap Enzi.

Ia tersentak. Saat tangan Enzi menyalakan keran. Enzi tanpa rasa risih sama sekali membersihkan bibir Zanita dengan tangannya sendiri.

"A-aku bisa sendiri." Gugup Zanita.

Kemudian gadis itu menunduk untuk berkumur-kumur. Dalam hati merutuk karena harus memperlihatkan dirinya yang seperti ini pada Enzi. Karena terlanjur malu, Zanita mencoba menyibukkan diri dengan pura-pura meraih sikat gigi.

Ternyata Enzi masih belum berniat ingin pergi. Buktinya pria itu masih anteng mengurung tubuh Zanita dengan sebelah tangan yang memegang rambut gadisnya dan yang lain bertumpu pada pinggiran wastafel. Membuat Zanita merasa benar-benar terkurung.

Zanita menyikat giginya selambat mungkin. Berharap Enzi bosan dan meninggalkannya sendiri. Namun harapan hanya tinggal harapan. Dari pantulan kaca, Zanita melihat wajah tampan pria itu yang memandangnya intens.

Zanita memutus kontak mata mereka kemudian membasuh muka. Semoga itu bisa membantu memadamkan rasa panas di sekitar pipinya.

"Enzi, bisa minggir?" Ucap Zanita hati-hati setelah selesai membasuh muka.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang