47 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

776 60 29
                                    

Happy reading 💜


"Apa ini?"

Zanita mengernyit heran. Kertas yang ia pegang tampak kosong. Tetapi ia masih dapat melihat tulisan kecil di tengahnya yang tampaknya ditulis tangan.

'De blue'

Apa? Zanita tak paham. Karena tak ada yang mencurigakan, gadis itu menyimpan kertas itu kembali ke tempat semula. Kemudian lanjut menonton dengan tenang.

Tak ada yang menarik setelahnya. Zanita beberapa kali mengganti channel sembari mengunyah camilan yang disediakan. Bersantai melewati hari-hari membosankan selama ia berada di villa. Kadang Zanita jengah. Beberapa kali bahkan merengek pada Enzi agar membiarkannya jalan-jalan. Tetapi, karena alasan keamanan atau apalah itu, ia terkurung tanpa sempat melihat dunia luar.

Layar TV yang ia tonton menampilkan keindahan alam Indonesia yang menjadi destinasi wisata terkenal di dunia. Bali.

Zanita pernah ingin ke sana. Setelah mendengar cerita menyenangkan dari Naya yang telah berlibur ke sana bersama keluarganya. Waktu itu mungkin ia masih duduk di bangku SMA. Ia sangat antusias melihat foto-foto yang Naya tunjukkan.

Ngomong-ngomong soal, Naya. Bagaimana kabar sahabatnya itu sekarang? Apa Naya masih lah putri tunggal kesayangan Adiba dan Rusli, orang tuanya? Tentu saja!

Bagaimana hubungan Naya dan Agha? Dari cerita Agha yang minim, tampaknya mereka baik-baik saja. Malah, lebih dekat. Mengingat hubungan mereka telah bertahan semenjak masa putih abu-abu. Agha maupun Naya kini sepasang insan yang tak dipisahkan satu sama lain.

Jangan lupakan Anna. Gadis manis berkacamata yang juga sangat Zanita rindukan.

Ia harap hubungan Anna dan Sadewa selalu langgeng. Berbeda dengan Agha yang kalau ditanyai, akan menjawab dengan ekspresi berseri-seri di balik wajah flatnya, Sadewa justru tampak frustasi. Zanita masih ingat bagaimana stres nya Sadewa karena Anna menolak lamarannya. Entah masalah apa yang mereka hadapi, tapi ia tahu bahwa cinta yang mereka miliki tak perlu diragukan.

Sudah lama sekali. Kapan terakhir mereka bertemu?

Anna? Mungkin saat penyerangan di mansion Arkananta dulu. Saat tempat itu di serang oleh sekelompok pembunuhan asing hingga lantai atasnya di ledakan.

Kalau Naya, juga di hari yang sama, tepat sebelum peristiwa berdarah itu dimulai. Zanita tak pernah menyangka, bahwa saat itu akan menjadi kali terakhir mereka bertemu. Entah bagaimana, tetapi Zanita bersyukur, Naya tak ada saat hal mengerikan itu terjadi.

Zanita menghela nafas pendek. Segaris senyuman hadir di wajah cantiknya. Naya dan Anna, maupun orang-orang yang mengenali nya di Indonesia, telah menganggapnya tiada.

Dan memang benar, karena sekarang dirinya yang tersisa hanya seorang Rula Yocelyn. Bukan lagi, Zanita Olla Bratadikara.

Waktu benar-benar pencuri ulung. Ia memangkas segalanya tanpa sempat Zanita sadari. Merebut segala hal yang memang memiliki umur. Ada pertemuan, ada juga perpisahan.

Yang lebih menyedihkan, fakta bahwa sesuatu terasa lebih berharga saat sesuatu itu tiada, adalah kebenaran.

Bagaimana realita menampar telak sembari menertawakan betapa bodohnya ia yang memohon ingin memutar waktu. Bermodal penyesalan mendalam yang sampai kapanpun tak akan cukup. Masa lalu tak dapat diulang, diubah, ataupun dihentikan. Karena kalau memang bisa, Zanita tak akan seperti sekarang. Ia harap.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang