35 || Zanita:[The Queen of Phoenix]

996 71 1
                                    

Happy reading 💜











Malam menjelang. Ini malam kedua ia berada di villa. Zanita yang kini tengah berganti baju dalam kamar Enzi memperhatikan jam yang berada di dinding. Waktu makan malam hampir tiba rupanya.

Zanita tampak bersinar dengan switer hangat berbahan lembut yang melekat di tubuhnya. Ia kini tengah mengumpulkan sejumput rambut. Sambil mencari keberadaan kuncir rambut yang selalu saja ia lupa keberadaannya.

Saat Zanita akan menunduk ke kolong meja rias, Zanita dikagetkan dengan sepasang tangan kekar yang tiba-tiba sudah melilit pinggangnya dari arah belakang.

"Enzi..."

"Hm. Udah selesai?" Tanya pria yang mengenakan kemeja hitam itu.

"Iya, dikit lagi."

Zanita melepas lilitan tangan Enzi di pinggangnya yang tanpa sadar mengundang guratan terganggu dari sang pria. Ia sibuk mengedarkan pandangan ke bawah meja. Masih dalam misi mencari kuncir rambutnya.

"Cari apa?"

"kuncir rambut."

"Gak usah diiket."

Badan Zanita langsung tegak. Tangannya yang semula menahan rambutnya ia lepas. Membuat Surai kecoklatannya tergerai lembut di bahu. Enzi tertarik untuk mengusapnya. Sekalian menata rambut Zanita agar menutupi sekitar leher jenjang gadisnya.

"Tapi kan gerah." Cemberut Zanita.

"Di luar salju turun. Nanti kamu bakal dingin juga" Enzi beralasan. Padahal, sebenarnya Enzi keberatan tengkuk Zanita terekspos. Di meja makan nanti tak hanya ada mereka berdua.

"Umm..." Zanita terpaksa menurut. Enzi menghadiahi gadis itu dengan kecupan mesra di dahi. Kemudian menarik Zanita untuk berjalan bersama menuju ruang makan.

Keributan yang berasal dari ruang makan itu telah terdengar saat Enzi dan Zanita masih beberapa langkah lagi untuk masuk.

"Apa lihat-lihat. Mau gue colok mata Lo?!" Suara Reza terdengar tak santai. Didukung oleh mata tajamnya yang memelototi Sadewa karena sejak tadi pria itu terus memandangnya penuh permusuhan.

"Wuih... Aa eja bisa bikin cilok? Mau dong!"

"Pftt..." Abima yang baru bergabung hampir menyemburkan makanan dari dalam mulutnya. Sedangkan Reza maupun Sadewa mendadak dongkol atas ucapan tak jelas Raldo barusan.

"Anjir... Hahah" Aron hampir terjungkal karena asik tertawa.

"Kuping Lo banyak tambang emasnya ya? Mau gue korekin pake linggis?" Sarkas Sadewa hampir melempar Raldo dengan pisau steak.

"Apasih? Gue cuma pengen makan cilok." Balas Raldo benar-benar tak tahu. Agha yang duduk di sebelahnya diam-diam menghela nafas.

Pemimpin pasukan khusus Phoenix yang memiliki indera tajam mengapa mendadak tuli sekarang? Tampang bodoh Raldo menjadi bulan-bulanan tertawaan Aron.

"Reza bilang colok, bukan cilok, anjir!" Beri tahu Aron.

Raldo ber'oh' ria. Tampang polosnya membuat Abima tak bisa berkata-kata. Bahkan Reza kehilangan selera makan.

Zanita : [The Queen of Phoenix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang