Kampus

7K 391 2
                                    

Esok hari nya, Jihoon mengajar seperti biasa pagi ini dia mengajar di kelas Namra.
Jam menunjukkan pukul 8.00 dan Jihoon sudah berdiri di hadapan mahasiswa dan mahasiswi nya, Jihoon selalu tepat waktu, disiplin no1 itu prinsipnya. Mengedarkan pandangan keseluruh ruang kelas dan benar dia belum menemukan sosok Namra di kelasnya.

"Terlambat lagi dia, nggak ada takut takutnya sama gw" ucap Jihoon marah di dalam hati
.
.
.
Disisi lain sebenarnya pukul 7.30 Namra sudah berada di kelasnya, malas berurusan dengan dosen bar-bar macem Pak Jihoon katanya, sampai tiba-tiba seorang teman nya memberitahu jika Namra dipanggil pak Wonjung di ruangannya.

"Ada apa ya pak?" tanya Namra yg sudah memasuki ruangan pak Wonjung.

"Choi-Nam-Ra, anak beasiswa semester akhir. Saya nggak nyangka ternyata baju baju bagus yg kamu pakai hasil jual diri" ucap pak Wonjung dengan smirk nya.

"Apa maksud bapak?" Namra berteriak tidak terima dibilang seperti itu.

"Gimana ya reaksi pemilik kampus kalo tau mahasiswi penerima beasiswa ternyata memiliki pekerjaan sampingan menjadi jalang di club malam. Bisa rusak dong reputasi kampus kita yg tercinta" ucap pak Wonjung terkekeh.

"Saya tidak pernah jual diri" teriak Namra dan menatap nyalang kearah pak Wonjung.

"Benarkah? Lalu apa menurut kamu pemilik kampus akan percaya sama kamu setelah melihat video ini" pak Wonjung menaikkan sebelah alisnya.

Mata Namra membola saat melihat isi video dimana dia yg sedang memberikan minuman ke para hidung belang di club malam tempat dia bekerja, benar yg diucap pak Wonjung siapapun yg melihat video itu pasti mengira Namra bekerja menjual diri, padahal sumpah Demi Tuhan Namra tak pernah jual diri, bahkan dia masih virgin.

"Siapa yang...." ucap Namra dengan bibir bergetar.

"Saya sendiri yg merekam nya, saya melihat kamu disana bersama pria hidung belang" bisik pak Wonjung tepat di telinga Namra yg membuat Namra mengepalkan kedua tangan nya.

"Apa-mau-bapak?" ucap Namra penuh penekanan.

"Saya bisa menyimpan dengan baik video itu atau menunjukkan nya pada pemilik kampus, semua itu tergantung dengan kamunya-Namra." ucap pak Wonjung yg mulai meraba dan meremas kedua pundak Namra.

Tubuh Namra bergetar, sungguh dia merasa takut saat ini. Dia benci dilecehkan seperti ini tapi disisi lain dia tidak ingin beasiswa nya dicabut, dia sudah semester akhir dan sudah mulai menyusun skripsi. Dan tidak mungkin dia bisa membayar sisa semester nya meski hanya tinggal satu semester, mengingat kampusnya adalah kampus swasta dan yg termahal di kotanya.
.
.
.
Jam menunjukan pukul 9.00 jam mengajar pak Jihoon dikelas Namra telah selesai. Pak Jihoon berjalan keluar kelas dengan penuh emosi, pasalnya hari ini Namra bukan hanya terlambat bahkan dia tidak hadir di kelas pak Jihoon, baru kali ini ada orang yg berani menolak perintah tuan muda Park Jihoon.

"Abis lo sama gw, Choi-Nam-Ra" gumam Jihoon dalam hati dengan emosi berapi api.

Saat berjalan melewati lorong, Jihoon berhenti karena mendengar suara isak tangis perempuan dari arah dalam ruang salah satu dosen disana padahal Jihoon tau dengan pasti ruang itu milik dosen laki-laki bukan wanita.
Jihoon berjalan memasuki ruangan yg ternyata dikunci.
"Ruang guru sejak kapan boleh dikunci?" gumam Jihoon dalam hati.
Berbekal keahlian nya dalam meng-hack segala sesuatu, dengan mudah Jihoon bisa membuka pintu yg dikunci dengan sistem digital itu.

"Ternyata lo yg udah menghalangi mahasiswi gw untuk masuk ke kelas gw pagi ini" ucap Pak Jihoon dengan tatapan membunuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata lo yg udah menghalangi mahasiswi gw untuk masuk ke kelas gw pagi ini" ucap Pak Jihoon dengan tatapan membunuhnya.

Pak Jihoon mengambil cutter yg terletak disebelah meja dan mengarahkannya kearah pak Wonjung.

"Mmmaaauuu aaapppa kamuuu" ucap pak Wonjung terbata

"Gw mau apa? Gw-mau-mengukir-kupu-kupu-diperut-dosen-mesum-yg-sudah-berani-melecehkan-mahasiswinya-dikampus-tempat-seharunya-dia-mengajar" lirik Jihoon tajam kearah pak Wonjung yg saat ini arah cutter tepat didepan perut pak Wonjung.

Sreeeettt....Tiba-tiba Jihoon menggoreskan cutter itu kewajah pak Wonjung dengan garis panjang secara diagonal yg langsung mengeluarkan darah, pak Wonjung berteriak dan berlari keluar ruangan nya.

"Aaahhh...nggak seru masak baru segitu doang uda kabur" ucap Jihoon dengan nada kecewa

Tapi Namra malah jatuh terduduk, menangis terisak dengan memeluk kedua lututnya.

Jihoon yg melihatnya ikut berlutut memperhatikan Namra lebih dekat.

"Kalo nggak suka kenapa diem aja" ucap Jihoon menatap wajah Namra yg masih tertutup kedua tangannya.
"Diancam?" ucap Jihoon dengan nada tinggi.

"Dia punya rekaman saya kerja di nightclub, dan bilang akan memberikan nya pada pemilik kampus, saya tidak bisa berhenti di semester akhir saya karena nggak bisa bayar kalo beasiswa saya dicabut" isak tangis semakin keras keluar dari bibir Namra pak Jihoon tidak berani menyentuh Namra sekedar untuk menenangkan nya karena tidak mau dianggap sama cabul nya dengan dosen yg tadi.

"Kamu kuliah sudah dapet beasiswa, kenapa masih bekerja ditempat seperti itu pulak, wajar kalo ada yg beranggapan negatif tentang kamu" ucap pak Jihoon.

"Termasuk bapak?" tanya Namra menatap tajam kearah pak Jihoon, yg ditatap gelagapan.

"Kamu kan bisa cari kerja ditempat lain yg lebih normal kalo misal kamu butuh uang, misalnya di toserba" ucap pak Jihoon panjang lebar.

"Tiap pulang kampus saya kerja di toserba, dan malam hari nya saya kerja di night club, seperti itu trus setiap harinya tanpa libur." lirih Namra

"Orang gila mana yg bekerja tanpa libur." protes pak Jihoon.
"Tinggalin kerjaan yg di nightclub, nanti biar saya yg bilang ke Junkyu" tegas pak Jihoon.

"Lalu dimana lagi saya bisa mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat dengan ijasah SMA saya pak?" protes Namra.

"Seusia kamu perlu uang banyak dalam waktu singkat itu untuk apa? Kecuali kamu punya hutang ke rentenir. Tapi anak dibawah umur hutang ke rentenir uangnya buat apa coba?" protes Jihoon mengkerutkan alisnya.

"Nggak usah kepo tentang masalah saya pak, nanti bapak nyesel" ucap Namra sambil berdiri dan hendak pergi meninggalkan ruangan.

"Kalo kamu nggak cerita gimana saya bisa bantu" cetus Jihoon yg membuat Namra malah tertawa terbahak-bahak

"Maaf pak, saya nggak jual diri. Dan saya nggak butuh bantuan bapak." ucap Namra melenggang keluar dan melambaikan tangannya yg tiba-tiba dicekal Jihoon.

"Saya yg butuh bantuan kamu" ucap Jihoon masih dengan tangannya yg memegang pergelangan tangan Namra.

"Saya bayar kamu 10jt, hanya untuk sehari" ucap Jihoon.

"Sudah saya bilang saya nggak jual diri pak" tegas Namra.

"Saya nggak nyuruh kamu jual diri, kakek saya sakit. Dia ingin saya datang dengan pacar saya, tapi saya sedang di kondisi tidak percaya cinta, bantu saya jadi pacar saya. Hanya agar kakek saya sembuh dan hanya sehari saya janji tidak akan kurang ajar ke kamu." jelas Jihoon panjang lebar.

"Maaf saya tidak tertarik....pak dosen yg terhormat." ucap Namra sebelum melangkah pergi.

"Saya tambah 5jt lagi, ayolah....hanya berakting beberapa jam dihadapan kakek dan kedua orang tua saya" ucap Jihoon mulai frustasi.

Namra yg sudah melangkah, menghentikan langkahnya, hanya berakting beberapa jam dihadapan kakek kakek setara dengan 3bulan gajinya di nightclub, oh ayolah Namra sangat butuh uang saat ini.

"Depenya bisa sekarang?" tanya Namra yg membuat Jihoon membulatkan matanya, segitu mata duitan nya gadis dihadapan nya saat ini.

"Oh ayolah saya tau bapak sedang berfikiran buruk tentang saya, saya minta depe nya sekarang untuk membeli baju dan keperluan lainya untuk menunjang akting saya dihadapan kakek bapak, saya aktris yg profesional" ucap Namra bersedekap dada.

"Soal baju dan apapun yg kamu perlukan untuk akting kamu itu tanggungjawab saya dan diluar bayaran kamu" ucap Jihoon

"Deal" ucap Namra mengulurkan tangannya.

My Sexy Husbu | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang