"Mau kemana?" lirih Jihoon dengan deep voice nya saat melihat Namra yg sudah mengenakan pakaian lengkap dan berjalan kearah pintu.
"Pulang" lirih Namra.
"Pulang kemana? Rumah kamu disini" ucap Jihoon mendudukan diri menatap Namra dengan bareface nya.
"Ini rumah bapak, bukan rumah saya"
"Saya...bilang...rumah...kamu...disini" ucap Jihoon penuh penekanan.
"Bapak sudah mendapatkan apa yg bapak inginkan dan sekarang saya ingin pulang."
"Whenever you want to make love to me, call me, I'm ready."
"Hanya itu cara saya bisa melunasi hutang hutang saya ke keluarga Park" lirih Namra."Ra...cukup, Saya muak mendengar semua kalimat itu" bentak Jihoon.
"I love you, really love you. Saya bukan orang romantis kamu tau itu....saya nggak ngerti lagi harus gimana caranya supaya kamu percaya kalau saya benar benar cinta sama kamu"
"Maaf karna saya sudah menuduh kamu, itu karna Saya pernah mempunyai trauma yg teramat besar"
"Maaf karna tidak seharusnya saya memperlakukan kamu dengan buruk untuk kesalahan yg tidak pernah kamu lakukan"."Bapak bertanya harus bagaimana agar Saya percaya kalau bapak cinta sama saya.... Lalu gimana dengan bapak sendiri? Apa bapak percaya kalau saya sangat mencintai bapak?"
"Apa bapak percaya kalau kalimat berpisah yg pernah bapak ucapkan ke saya seperti kiamat bagi kehidupan saya?"
"Apa bapak tau seperti apa saya begitu memuja bapak?"
"Apa bapak tau rasanya dicurigai oleh orang yg paling kita cintai itu sakitnya seperti apa?"
"Apa bapak tau setiap malam sebelum tidur saya selalu memikirkan bapak, meski setiap kali di dalam mimpi yg terlintas hanya adegan dimana bapak menyebut saya jalang dan berakhir saya terbangun dengan rasa sesak teramat sangat".
"Kenapa bapak selalu egois...hanya memikirkan sakit yg bapak rasakan, apa saya bukan manusia dimata bapak yg bapak anggap tidak bisa merasakan sakit juga?" ucap Namra terisak."Ra....maaf" lirih Jihoon.
"Yak....Park Jihoon dosen tergalak dan terjulid yg pernah gw kenal seumur hidup gw, gw pernah salah apa sih sama lo, sampe lo bikin gw selemah ini" ucap Namra memukul-mukul dads Jihoon.
"Banyak banget cowok yg ngejar-ngejar gw bahkan bertekuk lutut digadapan gw tapi semuanya gw tolak termasuk sepupu lo yg udah berkali-kali ngutarain perasaannya ke gw tapi selalu gw tolak". teriak Namra.
"Dan lo....yg tiba-tiba dateng, maksa masuk di hidup gw, bisa dengan mudah ngebuat gw begitu memuja lo, tapi lo malah bilang gw jalang...." Namra terisak.
"Jalang itu cewek murahan yg bisa di dekati cowok manapun lo tau nggak" teriak Namra.
"Dan gw..dan gw cuma tunduk sama lo" lirih Namra yg sudah tidak bisa menahan tubuhnya berdiri lagi hingga jatuh berlutut dihadapan Jihoon."Dan bodohnya malam ini gw kembali jadi jalang di hadapan lo" lirih Namra miris.
"Ra...udah please." Jihoon membawa Namra kedalam pelukan nya.
"Maafin gw Ra, gw nyesel, gw salah, maafin gw...dan beri gw satu kesempatan lagi Ra"
"Gw nggak mau kehilangan lo lagi Ra, dan calon bayi kita" Jihoon yg semakin merapatkan pelukannya."Feeling better?" tanya Jihoon setelah memberikan segelas air putih pada Namra, dan Namra mengangguk kecil.
"Kita mulai dari awal lagi hmm?" tanya Jihoon membuat Namra menatapnya penuh tanya.
"Mari mulai dari awal sebagai sepasang kekasih yg sailing mencintai hmm?"
"Dan mari menikah lagi"
"Nanti saya wujudkan lamaran impian kamu""Masih saya-kamu pak?" tanya Namra.
"Kamu juga masih lake embel-embel pak" protes Jihoon.
"Harusnya?" tanya Namra.
"Chagi..yeobo...darling?"
"Geli dengernya" Namra terkekeh.
"Udah bisa senyum?" Goda Jihoon.
"Nggak jadilah, males di ledekin."
"Senyum aja, jangan ditahan gitu senyumnya makin bikin pengen aku terkam kalau ekspresi kamu kayak gitu"
"Hubungannya apa coba" Namra salah tingkah
"Dedek bayinya selama ini bikin repot mamanya nggak?" tanya random Jihoon mengusap pelan perut Namra yg sudah mulai membuncit.
"Bikin repot mamanya terus, ngidam nya aneh, susah diturutin nya" ucap Namra.
"Oya? Emang ngidam apa nanti biar aku cariin" tanya Jihoon serius.
"Ngidam pengen bisa liat papanya terus, kan susah...jauh banget soalnya, sibuk juga jadi susah ditemuin nya"
"Sekarang kamu bebas liatin aku sepuasnya kapanpun dan dimanapun" ucap Jihoon.
"Takut..." lirih Namra.
"Takut apa?"
"Takut semua ini hanya mimpi" lirih Namra.
"Ini nyata baby" ucap Jihoon membawa tangan Namra menempel ke pipi Jihoon.
"Jadi kapan kamu mau menikah lagi sama aku?" tanya Jihoon.
"Lamaran nya mana? Kalau nggak romantis aku tolak ah"
"Loh jangan dong....kan tau aku nggak romantis" protes Jihoon mempoutkan bibirnya
"Ya usahalah..." Namra nggak mau tau.
"Iya pasti bakal usaha, tapi janji jangan ditolak ya?"
"Ya liat nanti, pokoknya kalau nggak romantis aku tolak titik"
"Siap tuan putri.....tapi aku harap meski belum menikah, kamu tetap tinggal disini. Diluar nggak aman buat kamu. Ada yg berniat mencelakai kamu, dan aku nggak mau kalau itu sampai terjadi".
"Tapi aku harus kerja" lirih Namra.
"Ngomong apasih....calon suami kamu itu punya harta yg nggak habis 7 turunan. Kalau kamu masih kerja juga, kasihan orang lain nggak kebagian rejeki tau nggak?"
"Ini lagi nasehatin atau lagi menyombongkan diri sih?" heran Namra.
"Yaaaa sambil dua duanya" Jihoon terkekeh.
"I love you..Park Jihoon" bisik Namra setelah mengecup singkat bibir Jihoon.
"I love you too, calon istri" bisik Jihoon yg memeluk erat pinggang Namra, dan balik mencium dan melumat bibir Namra.
"Ra.....boleh lagi?" bisik Jihoon dengan deep voicenya.
"Pelan tapi ya, biar dedek bayi nya nggak sakit"
"Hmm, as your wish baby".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husbu | Park Jihoon
FanfictionJadi menantu yg baik buat keluarga gw, nggk perlu buat gw