Diktator

4.9K 266 0
                                    

Matahari mulai bersinar, Namra yg terbangun membuka matanya dan merasakan tubuhnya yg susah bergerak karena lengan kekar yg saat ini sedang memeluk nya. Berusaha untuk menyingkir, tapi nihil. Lengan itu terlalu erat memeluk nya.

"Mau kemana?" tanya Jihoon dengan deep voice nya melihat Namra yg berusaha melepaskan pelukan nya.

"Mau bangun, minggir dulu" ucap Namra yg masih berusaha melepaskan pelukan Jihoon.

"Nggak usah kemana-mana, seperti ini aja dulu" ucap Jihoon yg malah semakin merapatkan pelukannya.

"Tapi aku nya nggak mau" ucap Namra tegas.

"Nggak mau apa?" tanya Jihoon

"Nggak mau bekas orang, minggir" jawab Namra ketus.

"Apa barusan kamu bilang? Siapa bekas siapa?" ucap Jihoon dengan tatapan mengintimidasi dan telah mengubah posisi kini tubuh Namra berada dibawah kungkungan nya.

Namra tau Jihoon sedang marah, tapi apa peduli nya, toh saat ini harusnya Namra yg berhak lebih marah.

"Bilang sekali lagi apa yg barusan kamu bilang tadi" ucap Jihoon dengan tatapan mengintimidasi.

Namra hanya bisa memalingkan wajahnya, menatap mata Jihoon saat sedang seperti ini sama dengan cari masalah.
Apalagi posisi nya sangat tidak menguntungkan, salah sedikit bisa benar benar habis dia pagi ini.

"Maaf" lirih Namra dan membuat hati Jihoon melunak dan segera menggeser posisi berbaring disebelah Namra dan memeluk pinggang nya tapi lebih lembut.

"Saya sayang sama kamu, berhenti berfikiran buruk tentang saya" ucap Jihoon yg meletakkan kepalanya di pundak Namra.

"Sial, gw lembek banget sih, digituin doang uda baper" batin Namra dalam hati.

"Hmmm...please stop it" ucap Namra menghentikan Jihoon yg saat ini sedang memberi kecupan kecupan kecil di area lehernya.

"Kenapa?" bisik Jihoon.

"Kak Ji stop it..." pinta Namra tapi tak digubris Jihoon.

"Jawab dulu kenapa saya harus berhenti hmm?" tanya Jihoon dengan smirk nya.

"A..ku..la..gi..ma..rah..kak..ji..nggak..bi..sa...
Me..la..ku..kan..i..tu" ucap Namra terbata karna oknum bernama Park Jihoon semakin gencar mengecup dan mencumbu area lehernya.

"Apa yg nggak bisa saya lakukan hmm? Mau punya anak made in Barca nggak?" bisik Jihoon dengan smirk nya.

"Nggak..." jawab Namra ketus tapi percuma, tidak akan mengubah apapun.

"Kalo saya bilang mau, kamu bisa apa?" ucap Jihoon yg memulai kegiatan panas mereka di pagi hari.

"Shit...harusnya gw marah bukan malah mendesah" umpat Namra dalam hati.
Sampai 3x pelepasannya baru Jihoon berhenti dan membaringkan tubuhnya di sebelah Namra.

"Kenapa nggak pake pengaman kayak biasanya?" tanya Namra dengan pandangan lurus kedepan tanpa memandang Jihoon.

"Kan saya bilang mau punya anak made in Barca" jawaban Jihoon yg membuat Namra menoleh kearahnya dan mengangkat sebelah alisnya.

"Anak? Kontrak kita hanya satu tahun" ucap Namra mengingatkan, dia hanya nggak mau terjatuh saat sudah terlalu berharap.

"Bullshit dengan isi kontrak itu, kamu istri saya. Dan saya mau punya anak." ucapan Jihoon terjeda, mengecup kening Namra dan mengelus pipinya lembut.
"Jangan ditolak" ucapan Jihoon penuh penekanan.

Blush...seketika pipi Namra memerah, detak jantung nya uda nggak karuan.

"Kak Ji....aku baper boleh nggak sih" ucap Namra malu malu mau.

"Lebih dari baper juga boleh" ucap Jihoon tertawa dengan eye smile nya.
.
.
.

"Jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi...ternyata kamu princess dari Barca" ucap Jihoon random.

"Hmm? Maksudnya?" Namra yg bingung dengan ucapan random Jihoon.

"Kamu yg teman satu SMA nya Solomon, nggak mungkin dia sekolah di sekolah biasa.
mama kamu yg kelahiran Barca, dan style kamu yg bukan dari kalangan biasa, jelas dulu kamu princess. Jadi kenapa kamu bisa terlilit hutang sebanyak itu?" tanya Jihoon menatap Namra.

"Usaha papa bangkrut, papa pinjam modal ke rentenir, tapi sebelum memulai usaha lagi papa mama kecelakaan dan meninggal." jelas Namra secara singkat.

"Hanya itu? Hanya itu yg kamu tau atau hanya itu yg ingin kamu ceritakan ke saya?" tanya Jihoon.

"Yg kedua" ucap Namra sambil menyesap kopi dihadapan nya.
"Jadi kenapa kak Ji selalu nolak tiap aku mau jelasin tentang Solomon?" tanya Namra balik.
"Seberapa dalam luka yg uda dibuat Seohee?" tanya Namra yg balik menatap tajam Jihoon.

"Nggak ada hubungannya dengan perempuan itu, dia cuma salah satu kerikil di perjalanan masa remaja saya." jelas singkat Jihoon

"Hanya itu? 5 tahun bersitegang dengan sepupu sendiri, menjauh dari keluarga besar sampai enggan bertemu kakek dan orang tua sendiri itu disebut dengan kerikil?" skakmat Jihoon tak bisa berkata kata lagi.

"Jangan mencoba mencari tau apapun tentang masa lalu saya." ucap Jihoon dengan penuh penekanan.

Namra diam tak menjawab, hanya tersenyum miris.

"Balik ke hotel dan prepare, besok kita pulang" perintah Jihoon

My Sexy Husbu | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang