Sinar matahari masih sama terbit dari timur dan masih hangat rasanya. Yang berbeda hanya saat ini Namra bangun tak perlu menyiapkan sarapan untuk siapapun, bangun dari tidurnya dan duduk termenung. Yg terjadi kemarin hanyalah mimpi, haruskah Namra menyebutnya mimpi indah atau mimpi buruk.
Namun sesuatu yg saat ini ada di perutnya itu nyata dan bukan mimpi.
"Ayo semangat Ra" Namra menyemangati diri sendiri demi bertahan hidup demi bayi nya.Dan di seberang sana, ada Jihoon yg masih berbaring ditempat tidurnya. Menatap disisi yg biasanya ada Namra disana dan tersenyum menyapanya setiap dia membuka mata.
"Gw nggak nyangka akting lo akan sebagus itu demi uang, lo bahkan bisa buat gw beneran jatuh cinta sama lo" ucap Jihoon dengan air matanya yg mulai menetes.
"Lo harus menyesal karena uda khianati gw, dan lo harus kembali ke gw, sesakit apapun itu caranya nggak akan gw biarkan lo dimiliki orang lain." ucap Jihoon penuh emosi.Satu panggilan masuk ke ponsel Jihoon memberitahukan bahwa ada satu perusahaan yg pagi ini didatangi Namra untuk melamar pekerjaan.
Namra tidak mengerti ini sudah perusahaan ke5 yg dia datangi hari ini semua memberikan alasan yg sama tidak ada lowongan, padahal jelas jelas mereka mengiklankan lowongan kerja dan menyukai persyaratan yg dikirimkan Namra, predikat cumlaude dari Universitas bergengsi hampir mustahil Namra di tolak dari perusahaan bagus.
Sampai perusahaan ke5 yg membuka suara, maaf saya tidak berani menerima anda, saya takut Mr Park akan mencabut semua saham nya di perusahaan saya."Park?" baiklah Namra mengerti ada nama Park disetiap kesulitannya kali ini.
Namra berjalan gontai kerumah nya, duduk termenung di teras dan membuka dompet nya yg hanya tersisa beberapa lembar uang lagi.
"Hidup sehemat apapun hanya bisa bertahan sampai seminggu kedepan, setelah nya aku harus bagaimana" lirih Namra meratapi nasibnya.
.
.
.
"Kenapa dia harus melamar pekerjaan, apa uang dari Solomon masih kurang untuknya." gumam Jihoon.
.
.
.
Sudah seminggu sejak Namra angkat kaki dari rumah Jihoon, masih belum ada pekerjaan dan Namra memberanikan diri bertanya pada ibu pemilik rumah yg dia sewa mungkin tau ada lowongan pekerjaan untuknya.
Pekerjaan apapun asal tidak menjual diri Namra terima."Kamu butuh pekerjaan? Kenapa tidak mengelola toserba milikmu?" ucap Ibu pemilik rumah.
"Milik ku?" tanya Namra yg bingung.
"Bukankah kau sudah membayarnya saat aku terlilit banyak hutang, sekarang justru aku yg kau beri kepercayaan untuk mengelola nya. Tapi toserba itu sudah menjadi milikmu, ambillah yg telah menjadi milikmu"
Namra bersyukur setidaknya dia dan bayinya tidak jadi mati kelaparan.
Namra mulai mengelola toserba nya sendiri, sampai urusan menjaga toserba nya pun dia lakukan sendiri, semuanya untuk menghemat budget.
.
.
.
"Berhenti disini, gw mau beli ramyun buat stok" ucap Jihoon ke Junkyu yg saat ini menjadi satu satu nya teman curhat Jihoon saat dia sepi."Kasian banget yg nggak punya istri, tiap hari makan ramyun hahahahaha" tawa Junkyu.
"Ngaca please, kayak lo punya istri aja, pernah punya juga enggak" sinis Jihoon yg turun dari mobilnya.
"Dih, yg penting gw nggak gamon kek lo" nyinyir Junkyu.
.
.
.
"Selamat malam, selamat datang" sapa seorang penjaga toko saat Jihoon memasuki Toserba nya dan Jihoon yg acuh langsung berbelok ke rak yg berisi deretan ramyun. Mengambil apa yg dia perlukan, bayar dan pulang. Paling anti ribet belanja.Setelah membawa satu keranjang full berisi ramyun beraneka rasa, Jihoon berjalan kearah kasir dan sangat terkejut ketika melihat Namra berada disana, sebagai-seorang-kasir. Jihoon mengerutkan alisnya menatap Namra dimeja kasir, sempat kontak mata beberapa detik, namun dengan cepat Namra memutuskan kontak mata mereka dan segera membarcode semua belanjaan Jihoon.
"Apa uang Solomon kurang buat kamu, sampai harus kerja susah kayak gini" sinis Jihoon sambil memberikan blackcard nya untuk pembayaran.
Namra hanya diam tak ingin berbicara apapun."Kamu tau jelas uang saya lebih banyak dari dia kenapa malah menghianati saya" ucap Jihoon lebih sinis.
Namra masih enggan untuk berbicara dan hanya bisa menunduk dan menahan sesak di dadanya. Dan segera memberikan belanjaan Jihoon beserta blackcard nya."Ambil, ini milik kamu, 10% bagian kamu akan saya transfer kesana, dan berhenti kerja susah di tempat kayak gini" ucap Jihoon semakin sinis, memberika sebuah debit card yg dulu memang dia berikan untuk Namra, mengambil belanjaannya dan berlalu. Tapi baru beberapa langkah Jihoon, Namra melemparkan debit card itu kearah depan Jihoon.
"Lo yg udah menghalangi gw dapat kerjaan yg bagus, jadi nggak usah sok pahlawan. Dan satu lagi, berhenti perlakukan gw kayak pengemis, gw nggak butuh uang keluarga Park." teriak Namra sebelum setelahnya berlari kearah gudang dan menangis disana.
"Lo-gw? Dan..pengemis? Gw...bukan ini maksud gw" ucap Jihoon yg masih cengo dengan semua tindakan Namra padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husbu | Park Jihoon
FanfictionJadi menantu yg baik buat keluarga gw, nggk perlu buat gw