39

174 45 2
                                    

Morning, Sunshine!

🌞🌞🌞

Malam itu, di dekat kamar Dita. Seorang pria menyelinap diantara kegelapan dan mengamati Dita yang sedang membuka kunci kamarnya. Tepat sebelum Dita masuk, dengan cepat pria itu membekap hidung Dita dengan sapu tangan dan mengunci pergerakannya. Dita berusaha meronta tapi tampaknya obat bius yang ada di sapu tangan itu lebih cepat bereaksi, Dita berusaha bertahan dan terus meronta. Pria itu tersenyum saat Dita mulai kelihatan lemas, ia membuka kamar Dita membaringkan tubuh Dita di kasur dengan asal.

Di sisa kesadarannya, Dita melihat pria itu tampak mencari sesuatu di kamar Dita, ia juga memasukan semua barang Dita ke dalam koper lalu mendekat. "Haruskah kita pergi sekarang?" Bisiknya lalu mengelus pucuk kepala Dita.

Dita mendengar suara ribut dari luar kamarnya, tapi matanya sangat berat, perlahan ia terpejam.

.
.
.

Dita membuka matanya perlahan, hal pertama yang dilihatnya adalah sebuah jendela besar yang sedikit terbuka. Semilir angin menyentuh kulitnya dengan lembut, Dita mengerjap beberapa kali. Matanya menyusuri ruangan itu, ruangan dengan nuansa putih yang menyejukan. Dita teringat semalam ada seseorang yang membuatnya tak sadarkan diri, Dita memeriksa tubuhnya, ia memakai pakaian semalam dan tidak diikat sama sekali.

Dita merasa ketakutan, ia menutupi dirinya dengan selimut dan meringkuk. Dita menangis dalam diam, ia berpikir mungkin sedang disekap disuatu tempat? Mungkinkah Byul menyuruh seseorang untuk mengasingkannya? Atau Byul memerintahkan seseorang untuk menyingkirkannya? Banyak sekali pikiran negatif yang muncul di benaknya.

Dita memeluk erat tubuhnya sebentar untuk mengumpulkan keberanian, ia menuju pintu untuk memastikan apakah pintu itu terkunci. Ternyata pintunya tidak terkunci, Dita segera menguncinya dan mencari benda apapun untuk dijadikan senjata pertahanan diri. Dita melihat sebuah vas bunga dari keramik yang berada di dekat lemari pakaian, Dita mencoba mengangkatnya. Vas itu ternyata sangat berat, tidak sengaja Dita menjatuhkannya hingga vas itu pecah berkeping-keping. Bunga anyelir putih dan tanah yang tadinya berada di vas itu kini berserakan di lantai.

Dita mendengar suara langkah kaki mendekat dan mengetuk pintu itu.

Dita mengambil beberapa serpihan vas, mengarahkan pada pintu dan berteriak "JANGAN MENDEKAT!". Dita tidak menyadari serpihan vas tadi sudah melukai kaki, juga tangannya. Walaupun darah sudah mengalir tapi Dita tidak merasakan sakit.

💐💐💐

Bunyi decitan terdengar di jalanan malam, terlihat sebuah mobil sedan merah berhenti di depan bar yang terlihat mewah. Penjaga pintu bar itu membukakan pintu mobil. Seorang wanita turun, ia mengenakan gaun berkilau yang berwarna silver, jaket berbulu berwarna merah, sepatu hak tinggi berwarna merah, ia membawa sebuah dompet berwarna silver berkilau di tangannya.

Penjaga pintu bar itu memberikan penghormatan pada wanita itu. Tidak lama wanita itu memasuki bar dengan berjalan perlahan, ia langsung menuju lift. Wanita itu membuka dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu, ia menempelkan kartu itu di dekat tombol penunjuk lantai. Secara otomatis, lift langsung membawa wanita itu menuju lantai 5. Wanita itu kembali memasukan kartu ke dalam dompetnya.

Saat pintu lift terbuka, wanita itu berjalan dengan pelan, suara yang ditimbulkan dari hak sepatunya menggema di koridor yang berisi banyak pintu itu. Ia berhenti di depan sebuah pintu yang terbuka, ruangan yang terlihat mewah dengan satu buah meja bundar, beberapa kursi dan sebuah miniatur permainan golf di dalamnya. Di atas mejanya sudah tersaji satu gelas besar jus lemon. Wanita itu masuk dan duduk di kursi yang menghadap pintu keluar, ia memainkan ponselnya seperti menanti kehadiran seseorang.

Chapter of Life: Sweet Pea✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang