43

177 44 6
                                    

🍑🍑🍑🍑🍑

(Yang sebenarnya terjadi di hari percobaan penculikan Dita)

Sore harinya sebelum Dita kembali dari restoran keluarga.

Jinny dan Mark sedang berada di salah satu bilik karaoke, mereka sengaja memilih tempat yang cukup aman dan mungkin kedap suara (?). Mereka yakin tidak sedang diikuti, dan kini terlihat sangat serius.

"Hey Mark, seberapa kau mengenal Jaehyun?" Tanya Jinny, matanya fokus melihat tab untuk memilih lagu yang menanti untuk digunakan.

"Aku tidak yakin, ku rasa cukup mengenalnya?" Mark juga terlihat serius, tapi matanya fokus pada kentang goreng di atas meja. Ia mulai mengambil satu kentang goreng, "aku tau apa yang kau pikirkan"

"Apa?" Tanya Jinny kini ikut melahap kentang goreng

"Kita harus mengatasi semua orang yang akan mencelakai Dita, benar kan?" Mark terlihat berbeda dari biasanya saat mengatakan itu

Jinny menangkap sesuatu dari ekspresi itu, "wow wow! Mark, aku memang suka keributan. Tapi kita tidak akan memakai tindak kekerasan kali ini. Ingat kita hanya perlu mempertahankan diri saja, kalau diperlukan mungkin boleh sedikit memukul(?), tolong garis bawahi kalimatku barusan. Okay?"

Mark mengangguk, "ok, baiklah. Jadi apa rencanamu?"

"Kita harus terus melindungi Dita sambil terus memantau keadaan, saat semuanya sudah aman.. saat itu biarkan Dita memilih"

"Tidak buruk. Tapi aku masih meragukan keselamatan Dita jika ia memilih Jaehyun hyung. Kita tidak tau ancaman yang bisa saja timbul berkat kejadian ini kan?" Mark terlihat sedang memikirkan sesuatu sangat serius

"Aku justru waspada pada profesor Jin. Dia tidak pernah 'baik' secara cuma-cuma, apa dia akan membuat Dita bekerja rodi karena sudah melihat bakatnya? Aku pernah mendengar bahwa ia sangat menghargai uang, dan akan melakukan apapun untuk mendapat keuntungan" Jinny akhirnya mengutarakan ketidaksetujuannya jika Dita memilih Jin

"Itu kan belum tentu benar" entah kenapa tapi Mark tampak lebih mendukung Dita bersama Jin.

Jinny menggaruk keningnya, "yah itulah yang ku pikirkan. Kita tidak bisa langsung memercayai mereka berdua. Tidak ada orang yang baik pada orang lain begitu saja, mereka pasti menginginkan sesuatu"

Mark membulatkan bibirnya, "kau benar. Kau baik padaku setelah memakai kartu kreditku, jadi seperti itu ya"

Jinny menyengir, "aku hanya 'menyimpankan' kartu kreditmu, kau tau? Kau itu sangat teledor! Bagaimana bisa kau menyimpan dompet dan ponselmu dimana saja?"

Mark membulatkan matanya, "wah? Kalau menyimpankan bukankah seharusnya kau tidak menggunakannya? Aku merasa tertipu, sungguh! Kau yang tidak pernah mentraktirku tiba-tiba membawa jus semangka dan roti isi ukuran besar saat kita menyelesaikan tugas, aku sudah bersyukur pada Tuhan, tapi setelah pulang dan mengecek ponselku ternyata banyak sekali laporan mengenai tagihan disana!" Mark cemberut dan menggeleng-gelengkan kepalanya

"Mark! Untuk apa kartu kreditmu kalau tidak digunakan?! Aku kan hanya membantumu memakai fasilitas dari ayahmu! Baiklah, baiklah! Sesuai keinginanmu aku akan ganti uang yang aku pakai!!" Jinny kini berkutat dengan ponselnya dan tidak lama menyodorkan layar ponsel di depan wajah Mark, ia menunjukan bukti transfer pada rekening Mark. "AKU SUDAH MENGGANTINYA! DASAR PELIT!"

Mark tersenyum dan kemudian tertawa terbahak, "aku kan tidak memintamu untuk menggantinya"

Jinny jadi kesal sendiri, "kalau begitu transfer kembali padaku! Uh, bersyukurlah dompetmu sedang berada pada Dita!!"

Chapter of Life: Sweet Pea✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang