32

172 44 0
                                    


Dita masih terus mengikuti pria yang menariknya menjauh dari Jaehyun sejak tadi, ia pasrah saja sambil terus mengikuti langkah kaki pria itu.

Saat sudah berada di sekitar gedung rektorat, Dita menghentikan langkahnya membuat tangannya terlepas dari pria itu.

"Dita, kenapa berhenti? Sebentar lagi kita sampai"

"Jimin. Kau akan membawaku kemana?" Tanya Dita dengan ekspresi sendu

Jimin mengerti bahwa ia berhutang penjelasan mengenai banyak hal, dan ia juga memang belum sempat memberitahukan mengenai identitas asli dari hyungnya.

"Maaf karena aku terlambat, jadi kau tidak bisa menghindarinya tadi" Jimin tidak menjawab pertanyaan Dita, ia benar-benar merasa bersalah karena tidak langsung menemui Dita saat tau bahwa akhirnya ia melangkah keluar dari kamar.

"Itu bukan salahmu, lagi pula tidak ada jalan menghindar kalaupun aku ingin" Dita memegang bahunya seolah ia memeluk dirinya sendiri

"Tadi Jin hyung meminta tolong padaku untuk mengantarmu ke ruang kerjanya, aku tau kau akan memiliki banyak pertanyaan tapi simpan dulu sampai kita sudah berada di sana saja ya?"

Dita mengangguk tapi ia tidak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan oleh Jimin dan mengikuti Jimin masuk ke dalam gedung rektorat itu. Mereka terus berjalan menyusuri lorong dan menaiki anak tangga ke lantai dua, lalu berbelok ke arah ruang dosen. Jimin membukakan salah satu pintu yang terkunci, tertulis 'wakil rektor 2' disana. Dita terkejut karena ia sama sekali tidak menduga bahwa Jin akan memiliki jabatan tinggi seperti itu, ataukah Jin meminjam ruangan ini? Entahlah Dita sudah lelah untuk memikirkannya.

"Nah silahkan masuk, aku akan buatkan teh hangat untukmu. Tunggu di sini sebentar" ucap Jimin, setelah Dita duduk di salah satu sofa, Jimin segera keluar ke arah pantry

Dita duduk diam, ia memperhatikan ruangan yang cukup luas itu. Banyak sekali dokumen yang tertumpuk rapi di atas meja, tidak ada satupun foto diri disana. Dita mengalihkan perhatiannya ke lemari kaca yang berada tepat di hadapan sofanya, disana banyak sekali penghargaan, medali dan piagam yang dipajang. Dita tidak mendekat untuk melihatnya, ia merasa tidak sopan untuk melihat-lihat barang orang lain tanpa izin, jadi Dita tetap duduk diam di posisinya.

Jimin ternyata cukup lama, Dita kini memperhatikan sisi sofa yang terdapat meja kecil yang diletakan di sudut ruangan, terdapat lampu meja berdesain klasik yang terbuat dari kristal dan satu kotak musik di sampingnya. Kotak musik itu terbuat dari kayu pohon maple yang berwarna cokelat kemerahan dan dihiasi ukiran-ukiran yang cantik. Dita membuka kotak musik itu, dan terdengar alunan musik klasik lembut dari komposer terkenal Ludwig Van Beethoven, Dita sangat mengenal betul salah satu karyanya ini.

"Für Elise" Dita tak sengaja menyuarakan isi pikirannya

"Benar Für Elise, sepertinya kau juga menyukai musik klasik" ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul di ambang pintu sambil membawa nampan di tangannya

"Jimin, kenapa lama sekali?"

"Hehe, aku sudah lama tidak kemari, jadi tadi aku kesulitan menemukan gula. Tapi tenang aku sudah menemukannya, aku juga membawa beberapa gula dalam kemasan saset karena tidak tau porsi yang tepat untuk secangkir teh" Jimin menyengir dan kini menyimpan nampan itu di meja

"Kau juga menyukai musik klasik?" Tanya Dita sambil tersenyum cerah, suasana hatinya membaik setelah mendengar alunan musik barusan

"Tidak terlalu, tapi aku tau beberapa berkat hyungku" jawab Jimin masih dengan senyuman cerah, kini ia duduk nyaman di sebelah Dita.

"Terima kasih untuk tehnya" Dita menyeruput teh hangat yang disediakan Jimin barusan

"Yaa. Ah ya aku akan mulai menjelaskan satu per satu. Hmm dari mana ya?" Jimin berpikir keras. "Oh pertama-tama, aku akan sampaikan, Selamat datang di kantor hyungku" Jimin menggerakan kedua tangannya dan jemarinya seperti menambahkan efek di kalimatnya

Chapter of Life: Sweet Pea✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang