DA - Part 44

1.2K 55 30
                                    

Pembunuh

Gak tau diri!

Dasar anak pembunuh, jauh-jauh deh lo!

Out dari sekolah kita!

Dasar gak punya malu!

Anjing!

Lebih baik lo bunuh diri aja, Adara.

--

Coret-coretan itu berasal dari meja Adara, baru saja ia memasuki kelas sudah banyak tulisan-tulisan yang tidak senonoh, gadis itu menghela napas berat.

Semenjak hari itu hidup Adara berubah, teman-teman yang selalu mendukung dan menemani nya kini seperti orang asing, sama hal nya dengan Devan, laki-laki itu juga semakin kasar pada nya.

Tidak dirumah, disekolah Adara selalu mendapatkan siksaan, entah itu fisik atau mental.

Adara meletakkan tas nya ke bangku lalu mengambil tisu basah yang ada didalam tas, gadis itu membersihkan coretan-coretan yang ada dimeja nya dengan sabar, walau dihati terasa sesak.

"Kata-kata itu pantas buat lo."

Mendengar suara itu Adara menoleh ke arah belakang, ia bisa melihat Aurel dan Arselia tersenyum remeh pada nya.

"Sebaik nya gak usah lo hapus tuh tulisan, bagus kok cocok sama lo hahahaha."Ujar Arselia sambil tertawa dan diikuti siswa siswi lain.

Adara hanya diam, ia tidak mau membalas dan kembali membersihkan meja nya membuat Aurel dan Arselia berdecak lalu mendorong Adara kasar sampai tersungkur kelantai.

"Aw!"Pekik Adara.

"Rasain! Lo gak punya malu ya ra? Masih sekolah disini? Kalo gue jadi lo pasti langsung minggat kali."Ujar Aurel.

"Rel, lo kok berubah sih sekarang? Gak kya Aurel gue kenal"Balas Adara menatap sendu gadis itu.

Aurel menatap sinis Adara. "Terserah gue dong! Gue berubah atau nggak itu gak ada urusan nya sama lo, lebih baik lo urus tuh diri lo sendiri, udah gak punya malu sok baik lagi."

"Yuk Li, kita pergi aja, muak gue lama-lama ngeliat muka dia."Lanjut Aurel, Mereka berdua pun pergi dari sana.

Adara tertegun menatap sedih kepergian teman-teman nya itu, ia tak percaya sahabat nya dari kecil bisa membenci nya sampai seperti ini, apa lagi karena kesalahan yang tak pernah ia buat.

Hidup nya kini benar-benar berat, ia harus tetap kuat walah batin nya sedang tersiksa, rasa ingin menyerah tapi tak bisa, karena keadaan menuntut nya harus seperti ini.

Bagaiman pun ia harus tetap bertahan demi bunda nya, demi seseorang yang berarti dihidup nya. Adara mengira Devan adalah rumah, tempat ia berlindung, tempat bersandar dikala lelah dengan keadaan, tapi itu dulu sekarang rumah itu sudah hancur, tidak ada lagi tempat untuk nya yang ada hanya goresan luka.

***


Kantin kini sangat ramai, tapi saat Adara tiba disana banyak tatapan tajam dan bisik-bisikan oleh para siswa siswi, tapi ia tak memperdulikan itu, ia terus berjalan kearah Devan dkk yang duduk dipojok kanan.

Gadis itu bisa melihat ada Tiara disana, mereka terlihat asik mengobrol dan bercanda, sesekali tertawa karena melihat tingkah Brian.

"Hai."Sapa nya sambil tersenyum canggung.

Devan dkk dan Tiara menoleh dan mengernyit melihat kedatangan Adara. "Gak ada malu ya lo?"Tanya Raka dengan tampang songong.

DEVAN & ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang