DA - Part 49

1.9K 95 29
                                    

Happy Reading~

••••🕊••••

"Katakan!  Siapa yang berani mengancam kamu?!"    

"Ibu Elina Claudia Andhira-- istri kedua tuan."

Apa anton tak salah dengar? Elina mengancam orang suruhannya? Tapi untuk apa? Bahkan Elina tak terlibat dalam masalah ini.

"kamu jangan bohong untuk apa istri saya melakukan itu tak ada gunanya."

"Saya bicara yang sebenarnya ibu Elina mengancam saya, kalau saya tetap mengatakan yang sebenarnya keluarga saya yang akan jadi korban."Balas Candra.

Anton yang masih belum percaya pun, bertanya krmbali. "Memangnya apa alasan Elina sampai mengancam kamu?"

"Alasannya karena ini." Ujar  Candra menyerahkan sebuah bungkusan kain hitam kepada Anton.

Anton yang menerima itu mengernyit bingung. "Ini apa?"

"Saat saya menyelidiki kerumah korban yang diduga dibunuh oleh ibu Lidia, saya menemukan pisau dengan darah yang telah mengering tergeletak dibawah meja." Ujar Candra menjelaskan.

"Lalu apa hubungannya dengan Elina?"Potong Anton, karena orang didepannya terlalu bertele-tele.

Candra menghela napas sebelum kembali menjawab. "Seharusnya kalau memang benar ibu Lidia yang melakukan pembunuhan, pasti sidik jari ibu Lidia ada dipisau itu, tapi nyatanya sidik jari ibu Elina yang saya temukan disana."

DEG!

Mulut Anton terasa terkunci, tubuhnya merasa lemas seketika saat mendengar pernyataan itu.

Kenapa bisa sidik jari Elina ada di pisau yang ditemukan dirumah tempat korban yang diduga dibunuh oleh istri pertamanya?

Anton tau Elina tak mungkin melakukan pembunuhan bahkan terlibat dalam tindak kejahatan saja Elina tak pernah, pikir nya.

Brakk!

Gebrakan meja terdengar membuat Candra terlonjak kaget, tubuh nya sedikit gemetar melihat kilatan marah dari mata Anton.

"JANGAN BICARA SEMBARANGAN KAMU CANDRA! ELINA TAK MUNGKIN MELAKUKAN HAL KEJI SEPERTI ITU! DAN SAYA TIDAK AKAN PERCAYA SAMA UCAPAN KAMU!" Teriak Anton marah.

"Kalau tuan tidak percaya tak apa, tuan bisa memeriksanya sendiri, saya hanya menyampaikan apa yang saya dapat beberapa tahun lalu, kalau begitu saya permisi." Ujar Candra dengan nada tenang lalu melenggang pergi, setidaknya ia sudah menyampaikan informasi yang ia ketahui.

Anton yang mendengar itu pun tak bisa menerima kenyataan, ia mengusap rambut nya kasar.

"ARRGG!"

°°°

Pukul 07:00 malam Anton masih duduk disofa ruang tamu sembari melamun.

Ceklek

Suara pintu terbuka disertai suara ketukan sepatu high heels yang mendekat kearahnya.

"Mas kamu dirumah aku kira masih dikantor."Ujar Elina mendudukan dirinya disofa sebrang anton dan tak lupa menaruh belanjaannya diatasi meja.

"Kamu capek mas? Mau aku pijitin gak?"

Bukannya menjawab Anton justru bertanya hal lain. "Ada yang ingin saya tanyakan kepada kamu."Ujar Anton dingin.

DEVAN & ADARA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang