Part 18. Ketos Imut

2.4K 376 106
                                    


Happy Reading


Hari Senin adalah hari yang dibenci oleh sebagian murid tak terkecuali Facylia. Jam sudah menunjukkan pukul 07.45 namun Facylia belum terbangun dari tidurnya.

Cutie sudah bosan hanya sekedar untuk membangunkan Facylia yang tidur lelap itu. Suaranya hampir habis karena berteriak agar Facylia bangun.

"Mama papa," racau Facylia masih memejamkan matanya. Sepertinya gadis itu tengah menggigau.

Cutie menatap sendu Facylia, kucing itu tahu bahwa Facylia tengah merindukan kedua orang tuanya. Padahal belum ada seminggu Facylia di dunia novel.

"Kiki bangunlah. Kau harus bersiap!" Ucap Cutie pelan tak seperti sebelumnya yang ia berteriak-teriak.

Ajaibnya mata gadis itu langsung membuka. Facylia menatap heran sekelilingnya.

"Cutie jam berapa?" Tanyanya linglung.

"Jam 8 kurang 15 menit," jawab Cutie mempersiapkan telinganya yang nantinya akan berdengung mendengar teriakan cempreng Facylia.

Facylia tersenyum sumringah setelah melihat jam. Ia meloncat-loncat di kasur dengan wajah riangnya.

"Kiki kau terlambat! Kenapa kau malah meloncat-loncat seperti itu?" Heran Cutie tak habis pikir.

"Cutie akhirnya gue gak ikut upacara!" Pekik Facylia heboh.

"Ada untungnya tadi malam gue nonton Drakor."

"Terserah kau Kiki!" Kesal Cutie. Setelah itu Cutie pergi dari kamar Facylia meninggalkan Facylia yang masih tersenyum bahagia.

"Gue berangkat sekarang aja deh, semoga aja upacaranya udah selesai," gumam Facylia.

Kemudian gadis itu membersihkan diri dan bersiap ke sekolah. Setelah dirasa sudah rapi dan cantik membahana, Facylia berangkat tak lupa ia sarapan dahulu.

"Cutie gue berangkat dulu ya, doakan misi ketiga gue berhasil," ujar Facylia berpamitan pada Cutie.

"Iya Kiki berhati-hatilah," jawab Cutie tersenyum.

"Cutie jangan senyum Lo! Senyum Lo ngeri tau gak."

"KIKI!"

.....

Facylia menatap gerbang sekolah di depannya yang sekarang tertutup rapat. SHS juga sepi karena kegiatan belajar mengajar sudah dimulai.

"Gue lewat mana nih?" Monolognya bingung.

"Kalo gue lewat gerbang ini pasti ketahuan, lagian di sana juga ada cctv."

"Ah iya," Facylia menjentikkan jari setelah mendapatkan ide cemerlang yang ia yakini tak akan ketahuan oleh siapapun.

Dengan menuntun motornya, ia melangkah menuju belakang sekolah. Jarang orang yang berkeliaran di sekitar belakang sekolah karena konon di sana ada penunggunya. Entah keberanian dari mana Facylia melewati tempat itu.

Facylia memarkirkan motornya di bawah pohon. Tangannya menepuk pelan batang pohon itu.

"Pohon jagain motor gue ya. Awas aja kalo nanti gue balik ke sini motor gue ilang," pesan Facylia pada pohon itu.

Pohon itu merespon pesan Facylia dengan menggoyangkan dahannya. Seakan-akan pohon itu menjawab 'ya'.

"Ini gue harus manjat tembok ini?"

Facylia menghembuskan napas kasar mengingat hari ini ia lupa memakai celana. "Semoga aja gak ada yang ngintip."

Perlahan-lahan ia memanjat tembok itu, untung saja tidak terlalu tinggi. Lagipula seorang Facylia sudah ahli dalam hal panjat memanjat.

Dream Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang