Part 25. Topik Gunjingan

1.3K 302 312
                                    


Happy Reading


Sejak semalam hingga saat ini wajah Facylia tertekuk kesal. Masalah datang bertubi-tubi tiada habisnya. Ia hanya ingin hidup di sini dengan aman dan damai namun nyatanya itu hanyalah angan belaka.

Kakinya melangkah menuju garasi, tempat motornya berada. Saat ini Cutie tengah dalam mode ngambek. Padahal ia tak merasa mempunyai salah.

Ia membuat alasan tersebut karena otaknya yang terasa buntu. Ia baru mendengar ada orang yang mau mengawinkan seekor kucing dan ayam.

Memang aneh sekali dunia novel ini!

Setelah membuka pintu gerbang, Facylia menghidupkan mesin motornya. Ia terhenti saat melihat 6 motor melaju menghampiri dirinya.

Sudah ia duga mereka adalah pria-pria yang tadi malam meneror dirinya dengan sebuah pesan. Mereka mengirimkan pesan dengan kata-kata manis dan gombalan.

Facylia memang senang jika ada yang memperhatikannya. Tapi entah kenapa suasana hatinya memburuk. Itu disebabkan oleh kejadian kemarin, antara Cutie dan Jalu.

"Selamat pagi Facylia gemes yang rasanya ingin sekali gue gigit," sapa Jefran dengan nada alay.

"Mau berangkat sendiri hm?" Tanya Geralio mengangkat sebelah alisnya.

"Fafa Lo gak lupa sama ucapan kami kemarin kan?" Sahut Aravan memastikan.

"Baby, jangan ngelanggar perintah bisa?" Pinta Aldian.

Facylia menghela napas panjang, niatnya ingin berangkat sendiri gagal. Sebenarnya ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang terasa kacau. Ia butuh waktu untuk sendiri, namun sepertinya tak akan bisa.

"Gak kok, gue cuma nunggu kalian di sini," alibi Facylia tersenyum tipis.

"Kenapa? Kamu sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Zakier memandang wajah Facylia yang nampak sedikit lelah.

"Gue gak mikirin apa-apa kok. Cuma lagi hafalin rumus," Facylia menyengir menatap mereka bergantian. Emang bener sih, gue kan mau ulangan batinnya.

"Gak usah terlalu dipikirin, nanti Lo pasti hafal dengan sendirinya," peringat Neandro.

"Kalo gue bolos aja lah daripada ngerjain ulangan kayak gitu," sahut Jefran tanpa beban.

Aravan langsung menjitak kepala Jefran. "Murid sesat Lo!"

"Gapapa sesat asalkan naik kelas, ya gak?" Aldian merangkul pundak Jefran seraya menaik turunkan alisnya.

"Cocok, sama-sama gak berguna!" Hardik Neandro menatap tanpa minat.

"Lo apa kabar? Gak pernah masuk kelas, kerjaannya bolos mulu. Buang-buang duit orang tua aja. Mending jadi pembunuh bayaran aja Lo," maki Jefran menatap sinis Neandro.

Tangan Neandro mengepal. Matanya berkilat tajam, ia tidak suka jika ada yang membahas orang tuanya. Ia benci itu, ingin sekali ia merobek mulut pedas Jefran.

Suasana sekitar semakin tidak mengenakkan apalagi aura dingin yang dikeluarkan oleh Geralio. Facylia menggaruk tengkuknya bingung. Ia tahu bahwa saat ini mereka tengah perang lewat tatapan mata.

"Kita kapan berangkatnya?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Facylia.

Mereka berenam segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum. Biarlah mereka selesaikan urusan tersebut ketika tak ada Facylia.

"Eh sampai lupa, kita berangkat sekarang aja," ucap Aravan yang diangguki lainnya.

Mereka menaiki motor masing-masing. Sama seperti kemarin, Facylia di depan dan diikuti mereka berenam di belakang.

Dream Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang