Part 29. A Beautiful Night

1K 204 359
                                    


Happy Reading


Facylia segera menutup matanya dan menyembunyikan wajahnya dengan bantal saat sang psikopat hendak menancapkan pisau ke mata korbannya.

Kini ia tengah menonton film tentang psikopat. Kejadian yang ditampilkan nampak nyata, Facylia saja sampai merasa menonton pertunjukan pembunuhan secara langsung.

"Ih itu darahnya muncrat," jerit Facylia mengintip di balik bantal.

"Itu bola matanya keluar? Astaghfirullah," Facylia langsung menutup matanya dengan telapak tangan. Ia tidak takut melihat bola mata itu keluar dan menggelinding, namun ia merasa sedikit miris.

Meskipun begitu ia tetap melanjutkan acara menontonnya. Bahkan ia memasukkan cemilan ke mulutnya tanpa merasa jijik.

Lain halnya dengan Cutie yang muntah-muntah. Kucing itu mual melihat bagaimana seorang psikopat yang membedah organ tubuh korbannya.

"Kiki sebaiknya kau menonton film yang lain saja," usul Cutie yang tentu ditolak oleh Facylia.

Facylia menggeleng tegas. "Gak! Film ini seru tau Cutie. Pokoknya gue harus nonton film ini sampai selesai."

"Seru darimana? Itu sangat menyeramkan Kiki. Aku saja miris melihatnya," keluh Cutie menenggelamkan tubuhnya ke sofa.

"Halah! Gue malah pengen liat secara live, pasti lebih menantang tuh."

Ring ding dong

Terdengar bel depan gerbang rumahnya berbunyi. Setiap malam Facylia selalu mengunci gerbangnya, jadi ketika ada yang mau bertamu harus memencet bel.

"Cutie kayaknya ada tamu tuh, Lo bukain sana," titah Facylia tak mengubah posisinya.

"Kau lupa kalau aku kucing? Bagaimana caraku membuka gerbang huh?" Sungut Cutie kesal. Meskipun ia kucing ajaib, namun ia juga tak bisa melakukan hal-hal yang dilakukan manusia.

"Pake sihir lah Cutie," gurau Facylia cengengesan tidak jelas.

"Kau saja yang buka!"

Terpaksa Facylia bangkit dari duduknya lalu melangkah membuka gerbang. Ia menghentakkan kakinya kesal, ia tidak suka jika ada yang mengganggunya saat menonton film.

"Siapa coba yang datang jam segini? Gak tau apa kalo gue lagi mager," gerutu Facylia tak ayal membuka gembok gerbang.

"Kalian berenam," sapa Facylia mengerjapkan matanya.

"Hai cantik," panggil mereka berenam serentak.

Facylia tersenyum lebar, ia yakin pipinya tengah merona. Apasih dipanggil cantik aja baper rutuknya dalam hati.

Facylia berdehem pelan dengan seulas senyum yang tak pernah pudar. "Kalian ngapain ke rumah gue?" Tanyanya kikuk.

"Baby gue kangen sama Lo, mumpung gue lagi gak ada kerjaan yaudah gue ke sini," ujar Aldian mengedipkan matanya.

"Fafa gue mau lihat wajah Lo sebelum tidur. Makanya gue ke sini buat ketemu Lo," Aravan tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat.

"Saya mau bersilaturahmi ke rumahmu," tegas Zakier tersenyum kecil.

"Jangan kegeeran dulu Lo, gue ke sini cuma gak sengaja lewat aja depan rumah Lo. Gue tadi beli nasgor, eh lupa kalo gue udah makan. Daripada mubazir kan mending buat Lo," tutur Jefran menyodorkan sebungkus nasi goreng pada Facylia.

Dream Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang