17.🥝

24 2 1
                                    

Pagi-pagi sekali, Bagos sudah siap dengan baju kantornya. Tetapi perlu diingat meski tidak ke kantor atau pergi kemana pun Bagos selalu memakai baju rapi.

Hidupnya susah padat hanya karena pekerjaannya. Bagos tidak mau banyak mengeluh, sebab perusahaanlah yang beri keluarganya uang untuk menafkahi keluarga.

Keluarga Prayogo mulai berkembang pesat dan dikenal di kalangan pebisnis sejak Bagos turun mengikuti jejak ayahnya. Bukan waktu sebentar untuk Bagos bisa melewati perusahaan besar lainnya hingga sampai di sepuluh besar.

Bagos tidak punya saudara dan Lula juga sama. Meski bukan selalu tetapi biasanya di Jawa, anak tunggal menikah dengan anak tunggal.

Merasa kesepihan tanpa adik atau kakak. Pasangan Bagos dan Lula memutuskan untuk memiliki anak lebih dari satu.

Tetapi yang satunya malah hilang hanya karena persatruan pebisnisnya.

"Tumben kamu sudah siap, Mas," ucap Lula membawa dua piring ditumpuk untuk alas makan.

"Hari ini ada pertemuan sangat penting dan kamu pasti akan sangat senang jika mengetahui apa yang akan Aku bawa nanti pas pulang," jawabnya tidak bisa menahan senyum.

Tadi sebelum keluar kamar, bawahannya kemarin mengatakan jika keluarga Aksarana siap menerima tamu dengan permintaannya. Hatinya langsung senang hingga reflek sujud syukur.

"Wah..., Aku jadi penasaran apa yang dibawa Mas pulang," Lula terkekeh kecil melihat wajah suaminya.

Bagos dan Joe memiliki karakter yang sedikit berbeda. Jika Bagos cenderung lebih hangat sedangkan Joe cukup tertutup. Meski begitu keduanya memiliki sifat hangat kepada keluarga.

"Hahaha..., Kamu pasti akan terkejut, Sayang." Lula menggeleng kecil melihat wajah bahagia suaminya.

Bukan tidak suka namun sedikit aneh, suaminya ini akan tertawa jika itu benar-benar sangat waw dihatinya. Lula jadi penasaran, apa yang membuat suaminya ini tertawa.

"Ah sudah. Aku harus berangkat sekarang," ucapnya sebelum meminum air putih.

"Tumben ngak habis, Mas?" Kata Lula melihat sisa makanan. "Nanti aja dilanjut lagi, Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya."

Bagos pergi setelah mengecup puncak kepala Lula. Sedangkan istrinya malah terlihat kebingungan. "Apa dia bertemu Presiden? Sampai sebahagia itu? Huft..., hanya Allah dan dia yang tahu mau bertemu dengan siapa," gumannya melanjutkan makan.

æ

Mobil yang ada Bagos di dalamnya memasuku gerbang utama keluarga Aksarana di Kediri. Ada satu mobil hitam di belakangnya.

Bagos membawa anak bawahannya dengan pakaian rapi sebab Bagos datang sebagai tamu berkedok menjemput putra kandungnya.

Bagos turun dari mobil setelah dibukakan. Senyumnya melengkung sempurna saat melihat pintu utama telah dibuka lebar. Seolah menyambut dirinya.

Mungkin ada yang melaporkannya hingga anak tuan rumah datang menyambutnya dengan senyum ramah. "Halo, selamat pagi Pak Bagos. Senang bertemu dengan mu,"

"Hahaha, selamat pagi dan aku juga senang malah sangat senang bertenu dengan mu, pak Beni," balasnya berpelukan ala laki-laki.

"Kau bawa anak buah mu?" Tanya Beni melihat belakang tubuh Bagos yang ikut menoleh.

"Hahaha..., aku hanya menyuruh mereka menjaga mobil ku saja," ucap bercanda. "Hei tidak percaya jika mobil mu diparkirkan di sini?"

"Tidak, bukan itu maksudku, Pak. Apa kita akan mengobrol di sini trus? Aku sudah tidak sabar bertemu-" ucapnya terpotong saat Bagos hampir kelepasan.

Kisah Cinta DAISY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang