Cool. Dingin. Memiliki persamaan kata namun berbeda dengan makna.
Pagi-pagi Daisy sudah berangkat sekolah diantar oleh supir. Ada dua tujuan mengapa berangkat awal.
Yang pertama, Daisy ingin mengingat jalan menuju sekolah. Ini sebabkan karena Daisy beberapa hari kedepan ingin naik montor sendiri.
Meski Daisy belum mempunyai SIM mengingat umurnya masih dibawah 17 tahun. Tetapi Daisy memaksa ingin berangkat sendiri.
Dengan modal kartu tanda siswa yang akan diberikan dua hari lagi. Daisy kurang tahu menahu fungsi kartu itu, tetapi Dimas bioang bisa untuk mencegah ditilang.
Tentu saja Daisy percaya saja tanpa mencari lebih jauh lagi.
Jam sudah menunjukkan setengah tujuh kurang lima menit. Sesampainya di depan gerbang sekolah, Daisy turun dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Daisy bukan berjalan kearah kelasnya melainkan kelas kakak kelasnya. Kelas Joe. Melihat belum ada siswa yang masuk, Daisy buru-buru masuk mendekati kursi yang kemarin di tempati Joe.
Membuka tasnya lalu mengambil satu kotak bekel yang sudah disiapkan pagi-pagi buta tadi. Memasukannya di kolong meja.
Ini adalah tujuan keduanya.
Sebenarnya ide untuk membawa bekel untuk Joe adalah saat Daisy sedang asik melihat drama di televisi yang kemarin ditonton. Daisy pikir memberi perhatian diam-diam mungkin bisa menarik perhatiannya.
Setelah selasai, Daisy buru-buru keluar kelas dan menuju kelasnya. Senyum tipis khasnya muncul saat berpapasan dengan orang yang menatapnya.
"Kamu udah daritadi datangnya?" Tanya Daisy duduk dikursinya lalu menyerongkan tubuhnya menghadap penuh pada Matahari.
"Lumayan, setelah lo turun dari mobil gue baru nyampe sekolah," jawab Matahari melirik singkat Daisy.
"Gue juga lihat lo diam-diam masuk ke kelas kak Joe," lanjutnya mengagetkan Daisy. "Ka-kamu tahu?" Gugupnya.
Matahari mengangguk singkat. "Gue ngak tahu apa yang lo lakuin tapi lo pasti ngasih sesuatu trus lo simpen di kolong meja kan?" Tebaknya membuatkan mata Daisy.
"Ish kok tahu?" Daisy sedikit kesal saat rencananya diketahui oleh temannya ini.
"Cara lo itu udah umum, Daisy. Cewek kalau mindik-mindik ke kelas crush nya juga gitu, pasti mau ngasih diam-diam," jelas Matahari terkekeh geli melihat wajah lesuh Daisy.
"Daisy ngak tahu gimana caranya menarik perhatian kak Joe. Ide buat bekel aja dari televisi yang kemarin Daisy tonton," curhat menundukkan kepalanya sambil memainkan sepatu hitamnya.
"Yang sabar ya. Gue juga ngak bisa ngasih solusi, pagi-pagi gue males mikir nanti aja kalau gue dapet ide, gue kasih tahu," ucap Matahari menenangkan Daisy.
"Terima kasih." Matahari mengangguk pelan.
æ
Lagi-agi Joe bangun kesiangan mesti tidur lebih awal. Joe lebih menghabiskan waktunya untuk tidur namun sebanyak apapun tidurnya tidak pernah nyenyak.
Mungkin banyak rumus-rumus yang berkeliaran di otak cerdasnya.
Demi tidak telat, Joe harus memacu kuda besinya dengan cepat. Hingga kirang dari dua puluh menit sudah memarkirkan montor ditempat biasanya.
Menyugar kasar lalu berjalan santai tanpa menghiraukan orang-orang yang menatapnya terus-menerus.
Sesampainya di dalam kelas, Joe melihat kursi yang di duduki kemarin sudah diisi oleh temannya. Tanpa beradu debat, Joe memilih duduk di sampingnya. Kursi yang berhadapan langsung dengan meja guru.
"Wih ada bekel nih di meja gue!" Pekiknya mengundang tatapan dari satu kelas termasuk Joe.
"Peka banget kalau gue emang belum sarapan tadi," lanjutnya membuka bekel itu dan melihat isinya. Sandwich dua potong.
Temannya melahap dengan senang hati, yang satunya diberikan pada teman lain yang memintanya.
Dalam di dalam Joe tiba-tiba kepikiran dengan gadis bule yang kemarin bertukar tatapan dengannya.
Pikiran itu bubar saat Dika menyapanya yang hanya diangguki singkat. "Lo kapan ngomong sih? Sejak kemarin ngangguk mulu," kesalnya.
Joe hanya menghidikkan bahunya acuh. Membuka tasnya untuk mencari buku cacatannya untuk dipelajari ulang.
"Woi bayar kasnya dong babang Joe," ucap bendahara kelas mendatangi Joe yang mendongakkan kepalanya.
Joe mengangguk singkat, mengambil uang warna hijau dan diberikan kepada bendahara. "Thanks bro. Andai semua orang kayak lo pasti gue ngak bakal susah ngejar-ngejar orang kayak rentenir," ungkapnya hanya diangguki saja.
"Udah lebih satu tahun, gue kenal lo. Tapi masih aja suka banget ngangguk daripada ngomong," keluhnya meninggalkan Joe yang tidak memperdulikannya.
Mesti gantengnya tidak ketulungan dan cantiknya setengah cewek, Joe terkenal dengan cowok jarang ngomong dan senyum. Bisa dikatakan Joe akan berbicara jika itu sangat penting atau perlu dijawab.
Hidup Joe terbilang monoton, perputar hanya pada pulang-pergi sekolah, makan, tidur, belajar. Walau termasuk pangeran sekolah sekalipun.
Joe juga tidak ikut extrakulikuler hanya setiap Minggu akan pergi untuk menjaga bentuk tubuhnya agar tetap ideal. Pola makan pun dijaga olehnya, tidak ketat tapi porsinya tidak boleh berlebihan.
Pelajaran pagi ini, ada ujian tes dari mapel Matematika. Sudah menjadi hal biasa jika guru yang mengajar selalu menerapkan hal itu, mesti tidak semua guru.
Ini digunakan untuk mengukur sebagaimana pahamnya anak didik dalam memahami materi yang dipelajari minggu lalu.
"Seperti biasa ya anak-anak. Kita akan melalukan ujian tes selama 15 belas menit untuk mengerjakannya. Soalnya sama, sama contoh soal kemarin cuma diganti angkanya saja," jelas pak Guru sambil membagikan selembar kertas.
"Jangan ada barang kecuali alat tulis. Waktunya dimulai sekarang," lanjut mempersilahkan anak didiknya untuk mengerjakannya.
Bagi beberapa anak yang kurang Matematika mungkin akan kesusahan tapi jika memahami materi dan rumus pasti bisa, meski ada kesulitannya.
Joe mengerjakan dengan tenang. Soal ada tiga, itu bearti satu soal diberi waktu lima menit. Joe memang pintar tapi jangan mengira, Joe akan selesai secepatnya. Malah Joe selalu mengumpulkan paling akhir.
Bagi Joe, bukan siapa yang paling cepat tapi siapa yang paling teliti dan nyakin dengan jawabannya. Sebab kalau salah bisa membuat motivasi agar lebih giat.
Dua puluh lima berlalu, lembaran yang tadi dikumpulan akan ditukar acak oleh pak Guru dan sudah ditulis jawabannya di papan tulis oleh guru. Tinggal memasukan nilai.
Nilai akan diucapkan oleh pemegang atau yang mengoreksi ujian tes. Banyak yang mendapat nilai satu setara dengan sepuluh.
Ada juga mendapat dua puluh, setara dua puluh. Hanya dua yang mendapatkan nilai paling tinggi yaitu Joe dan bendahara yang menagih Joe tadi.
Bendahara dikenal sangat ambisius nilai, bahkan jika ada temannya yang benar dan jawabannya salah. Tidak segan-segan mendatangi guru untuk dijelas lebih detail. Hingga mungkin terbukti jika dia benar dan temannya salah.
æ
Selepas bel pulang berbunyi dua puluh menit yang lalu, Daisy datang kembali ke kelas Joe untuk mengambil belas kotak bekel.
Harga memang tidak seberapa tapi ini bukan miliknya, ini milik Dimas yang dipinjam. Setelah mengambilnya, Daisy pergi ke gerbang depan untuk menunggu jemputan dari orang rumah.
Hingga tidak menyadari ada satu siswa tersisa yang sedang berjongkok. Awalnya ingin membenarkan tali sepatu sampai melihat Daisy masuk dengan tingkah aneh.
Bisa disimpul jika memang Daisy lah yang meletakkan kotak bekel itu. Tatapannya tetap datar tidak terbaca.
Dia adalah Joe, yang baru saja selesai melalukan piket kelas lebih awal. Sebab sering berangkat mepet membuat Joe piket terlebih dahulu daripada kena denda.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/307835323-288-k15419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta DAISY (Complete)
Teen Fiction"Dia adalah laki-laki pertama yang membuat Daisy jatuh hati. Dia memang tidak pernah mendekati Daisy tapi Daisy menyukainya," kata Daisy di Malam yang sunyi bertabur bintang diatasnya. Senyumnya mengembang sempurna hingga tidak sadar terus memikirka...