24🥦

28 3 5
                                    

Tanggalan kecil dekat pinggiran meja menjadi pusat perhatian, Joe. Angka delapan belas membuatnya tersadar, jika seseorang telah pergi darinya sudah dua minggu ini.

Joe meletakkan bolpoinnya lalu menghela napas kasar. Pandangannya mengalih pada luar jendela kamarnya.

Terlihat sunyi dan tenang. Joe beranjak untuk keluar dari kamar menuju balkom. Menumpu kedua tangan pada pembatas besi.

Helaan napas terdengar lebih pelan. Hingga beberapa saat, terdengar suara pintu terbuka. Joe, tidak menoleh sebab tahu. Jika itu pasti adiknya, Reandra.

"Kakak!" Pekiknya mendekat lalu memegang pembatas yang sebatas bahunya.

"Hm?" Gumannya menoleh sekilas. "Aku merindukan kakak ku. Maksud ku, kak Daisy. Aku ingin bertemu dengannya," ungkap Reandra.

Joe menoleh, menatap mata Reandra yang terlihat seperti anak kecil yang lugu. Tetapi balik lagi, apakah ini sebuah kebetulan?

Dalam satu waktu yang sama Joe juga mencari-cari keberadaan gadis itu. Gadis yang membuatnya terkadang melamun.

Ternyata sesuatu yang belum dinilai kebiasaan akan berdampak besar jika tidak ada. Keberaan yang tidak pernah diharapkan malah membuat pikirannya bertanya-tanya.

"Sudah malam. Tidak mungkin menemuinya di jam seperti ini," ucapnya mengerti kondisi yang tidak tepat jika berkunjung sekarang.

"Ya aku tahu." Mendengusnya terlihat frustasi. "Bagaimana kalau hari Sabtu?"

"Besok?" Terang Joe. "Ya! Lagipula kakak tidak sekolah besok," jelas Reandra.

"Kakak bisanya Sore. Soalnya kakak udah janji sama papa buat bikinin poster,"

"Poster?" Ulang Reandra. "Untuk apa papa minta dibikin poster? Bukannya di setiap perusahaan ada pekerjanya sendiri?"

"Iya dan pekerja itu adalah kakak. Sebagai langkah awal, kakak harus banyak pengalaman tentang perusahaan kita. Agar nanti setelah papa pensiun dan kakak menggantikannya bisa siap dan tidak kaget," jelasnya sabar.

Hanya Reandra lah yang bisa membuat suara Joe lebih banyak keluar. Jika yang lain, tidak penting ya singkat.

"Wah... kakak hebat. Kakak tipekal pekerja keras. Setiap hari kakak tidak pernah jauh dari buku dan hari minggu kadang disibukkkan membantu papa bekerja," puji Reandra merasa bangga kepada kakaknya.

"Jika kamu sering membaca dan belajar, kamu juga akan sama seperti kakak. Tapi jangan gila nilai," beri dan nasehat untuk Reandra.

"Gila nilai? Maksudnya kak?" Tanya Reandra tidak paham. "Jika kamu mengejar nilai, kamu tidak akan mendapat kan rasa puas. Dan itu bisa menjadi faktor pertama kamu disebut sebagai orang ambisius,"

"Orang ambisius itu ada baiknya juga ada buruknya. Semua tergantung porsi tentang menanggapi sesuatu itu," lanjut Joe.

"Kakak termasuk orang ambisius? Dari kakak yang suka banget belajar," kesimpulan Reandra tentang Joe.

"No. Kakak belajar karena sudah jadi kewajiban kakak. Membanggakan orang dalam prestasi adalah waktu kita masih duduk di sekolah dan membanggakan orang tua setelah keluar dari zona pendidikan adalah bagaimana kita selalu ingat orang tua,"

"Apalagi mengerti orang tua. Kamu tahu, di luar sana banyak orang berpendidikan tapi belum tentu mengerti orang tuanya. Bahkan terkadang mereka rela memasukan orang tuanya ke panti jompo hanya karena alasan kesibukan dan tidak bisa mengatur waktu,"

"Jika mereka tahu dulu, orang tuanya memeras air keringatnya untuk bisa menyekolahkan mereka tapi terkadang mereka tidak bisa membalas budi dengan baik meski orang tua tidak memintanya,"

Kisah Cinta DAISY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang